3 Faktor Agar Gelar 5G Di Indonesia Berjalan Efektif Dan Efisien

Jakarta – Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menyebutkan ada tiga hal utama agar percepatan penggelaran 5G di Indonesia dapat berjalan dengan efektif dan efisien.

Seperti disampaikan Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (Dirjen SDPPI) Kementerian Kominfo, Ismail, tiga hal tersebut yaitu ketersediaan spektrum frekuensi radio, modernisasi jaringan, dan fiberisasi.

“Setidaknya kita harus melakukan ketiga hal itu secara simultan dan tidak perlu menunggu,” ujar Ismail di Jakarta.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Mengenai spektrum frekuensi radio, Ismail mengungkap adanya kebutuhan bandwith yang sangat lebar untuk gelar jaringan 5G dengan memenuhi kebutuhan coverage di band frekuensi yang rendah atau kapasitas band di frekuensi medium, milimeter wave (mmwave) band di frekuensi tinggi untuk daerah-daerah yang membutuhkan crowd sistem atau untuk fix wireless.

Sementara berkaitan dengan modernisasi jaringan perlu dilakukan oleh operator seluler, karena kata Ismail, nantinya membangun 5G dengan metode non stand alone. Artinya, para operator bisa memanfaatkan core system secara bersama-sama.

Adapun faktor penentu ketiga, yakni fiberisasi, Menurut Dirjen SDPPI Kominfo itu, tanpa fiber optik yang terhubung dengan baik, maka 5G tidak terealisasi.

“Apakah itu antar NOC maupun antar BTS, teknologi komunikasi 5G tidak akan berjalan maksimal. Apalagi kalau masih banyak menggunakan keterhubungan microwavelink di antara jaringan yang dimanfaatkan oleh penyelenggara seluler, khususnya antar BTS. Fiberisasi bukan pekerjaan mudah, karena membutuhkan waktu dan biaya yang tidak ringan,” jelasnya.

Meskipun demikian, Ismail menegaskan ketiga hal itu akan sangat berkaitan dengan perencanaan yang terpadu antara masing-masing penyelenggara seluler telekomunikasi.

Menurutnya, efisiensi menjadi kata kunci dalam waktu singkat untuk mendorong peningkatan revenue penyelenggara seluler dalam pembangunan 5G di Indonesia.

“Apabila kita berhasil menjalankan tiga isu ini dengan baik, saya yakin pembangunan 5G di Indonesia ini bisa berjalan dengan efektif dan efisien,” katanya.

Meski terbilang baru era awal, Ismail mengatakan bahwa Indonesia membutuhkan 5G untuk menggantikan 4G. Perkembangan teknologi jaringan seluler generasi kelima itu akan menjadi momentum revolusi dalam infrastruktur seluler di Indonesia.

“Karena pemanfaatannya yang tidak hanya sekadar mendorong peningkatan speed mobile broadband, tapi juga mendorong atau menghasilkan suatu use case baru,” imbuh dia.

Mengingat kebutuhan investasi yang besar untuk implementasikan 5G, banyak hal yang perlu dipikirkan.

“Suatu hal yang wajar menurut saya, pada setiap memulai sebuah perubahan, maka dari itu perlu ada proses risk mitigation dan kehati-hatian, benar bahwa 5G sebagai solusi bagi masyarakat,” tandas Dirjen Ismail.

Sebagai informasi, jaringan 5G komersial sudah diperkenalkan pada pertengahan tahun 2021, di mana Telkomsel sebagai pelopornya. Kemudian Indosat Ooredoo Hutchison dan XL Axiata, khusus yang terakhir belum menghadirkan layanan 5G secara komersial ke masyarakat.

Simak Video “Smartphone-nya Para Expert, OPPO Reno8 Series 5G”
[Gambas:Video 20detik]
(agt/fyk)