Belajar Basic Life Support Bersama Dr Ratih Citra Sari

Rabu (3/12) para orangtua dan anak-anak Klub Oase belajar mengenai keterampilan Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support) atau secara umum disebut CPR (Cardiopulmonary resuscitation) atau pernafasan buatan. Keterampilan ini berkaitan dengan tindakan pertama yang bisa dilakukan saat ada kondisi darurat, misalnya: anak tenggelam, pingsan, dan sejenisnya.

Latar belakang Klub Oase mengadakan pelatihan Basic Life Support ini karena pernah suatu ketika ada anak Klub Oase yang tenggelam saat sedang bermain air (berenang) bersama. Di dalam kepanikan, untung ada kang Fitra yang menguasai teknik Basic Life Support sehingga tak terjadi kondisi buruk.

Singkat cerita, pelatihan Basic Life Support pun diadakan dengan instruktur yang diperoleh kang Fitra Arifin dari jejaringnya. Instruktur adalah dr Ratih Citra Sari. Setelah acara, kami baru mengetahui bahwa dr Ratih Citra Sari adalah host acara TV “Doctors Go Wild” di Kompas TV.

Compression-Airway-Breathing

Acara pelatihan Basic Life Support (BLS) dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah teori dan penjelasan. Bagian kedua adalah praktek.

Pada bagian pertama, dr Ratih Citra Sari menjelaskan tentang berbagai aspek BLS atau yang secara umum dikenal dengan istilah CPR (Cardiopulmonary resuscitation) atau pernafasan buatan. Secara umum, pertolongan pertama itu jauh lebih luas daripada sekedar pernafasan buatan.

Banyak hal yang diajarkan oleh dr Ratih Citra Sari mengenai dasar-dasar pertolongan pertama pada kecelakaan. Beberapa diantaranya adalah:

1. Kalau ada teman/anak yang jatuh, hal pertama yang harus dilakukan adalah berteriak sekencang-kencangan untuk meminta pertolongan orang lain. Mengapa? Karena kita tidak bisa melakukan pertolongan itu sendiri. Yang kedua, kita perlu melindungi diri dari aspek hukum yang mungkin bisa menjerat kita, padahal kita bermaksud baik untuk memberikan pertolongan.
2. Hal kedua yang perlu diperhatikan adalah jangan langsung memegang apalagi mengangkat dan memindahkan korban. Takutnya ada bagian tubuh yang patah. Panggil namanya dengan suara keras. Paling jauh tepuk bahunya saat memanggil.
3. Kalau korban tidak merespon, lakukan langkah: look, listen, feel. Caranya, letakkan kepala kita di hadapan muka korban. Bagian telinga kita dekat dengan hidung korban sambil kita memandang ke dada. Lihat apakah dadanya bergerak, dengarkan apakah hidungnya bernafas. Setelah itu, pegang nadi di leher untuk merasakan apakah ada denyutnya.
4. Setelah itu baru lakukan pertolongan pertama: kompresi (compression), bersihkan saluran nafas (airway), dan pernafasan buatan (breathing).

(c) Fitra ArifinMenurut penjelasan dr Ratih Citra Sari, pendekatan pertolongan pertama yang paling baru saat ini adalah menekankan pada proses kompresi (compression). Bukan hanya dipandang lebih efektif, proses kompresi lebih mudah dilakukan oleh masyarakat umum daripada proses lain (airway dan breathing) yang lebih membutuhkan keahlian.

Prinsip kompresi adalah memberikan tekanan di rongga dada untuk mengaktifkan fungsi-fungsi tubuh. Kompresi hanya dilakukan jika tidak ada nafas dan denyut. Kalau pingsan, pertolongan pertama adalah dibiarkan dalam posisi terlentang dan kaki dinaikkan sedikit. Jangan memberikan minum saat sedang pingsan karena bisa membuat tersedak dan justru berakibat fatal.

Saat melakukan kompresi, korban diletakkan terlentang di permukaan yang rata dan keras (jangan di kasur). Penolong berada di sisi kanan dengan posisi jongkok/lutut di tanah. Posisi dada yang ditekan adalah 1/3 bagian dari bawah (sekitar 2 cm atau 2 jari dari tulang dada bagian bawah). Pertolongan melalui kompresi dilakukan dengan 2 tangan (untuk orang dewasa atau anak yang beratnya > 45 kg), satu tangan (untuk anak-anak), atau dua jari (untuk bayi). Proses menekannya kurang lebih sedalam 2 cm dan dilakukan secara kontinu 30 kali. Setiap 30 kali, berhenti dan dicek nadinya.

Setelah pelajaran teori, dr Ratih Citra Sari memberikan contoh praktek kompresi yang diikuti secara bergantian oleh para orangtua Klub Oase dan anak-anak. Untuk airway dan breathing, dalam pelatihan kali ini dr Ratih hanya memberikan contohnya saja.

Pelatihan BLS/CPR ini baru perkenalan dan tahap awal. Untuk menguasai prosesnya, dibutuhkan pelatihan lanjutan, bahkan ada sertifikatnya.

***

(c) Fitra ArifinTerima kasih dr Ratih Citra Sari yang telah berbagi ilmu bersama orangtua dan anak-anak Klub Oase. Terima kasih kang Fitra Arifin yang telah mengisiasi dan memfasilitasi kegiatan ini. Terima kasih bu Ari Peach yang telah memfasilitasi tempat kegiatan. Terima kasih pula untuk PT DNX Indonesia yang telah menjadi sponsor dan mendukung kegiatan ini.

PengantarLegalitasSosialisasiKurikulumSumber BelajarKomunitasKunci BerhasilKeseharianSekolah ada model pendidikan yang paling umum di masyarakat, tapi bukan satu-satunya.

Buku ini sangat penting untuk orangtua yang sedang menimbang homeschooling, pendidik & pemerhati pendidikan, serta masyarakat yang ingin mengetahui konsep homeschooling dengan jelas.