Covid19 Kisah Para Penggali Kubur Untuk Jenazah Virus Corona Kalau Kita Kena Dan Mati Siapa Yang Kuburkan

Sumber gambar, Antara Foto/MUHAMMAD ADIMAJA

Keterangan gambar, Para petugas penggali makam bagi jenazah Covid-19 bekerja hingga larut malam.

Selain tenaga medis, ada sejumlah orang yang bekerja keras sepanjang waktu pada masa pandemi virus corona. Mereka adalah para petugas pemakaman jenazah Covid-19.

Sehari-hari mereka bertugas menyiapkan lubang makam bagi korban Covid-19 dengan protokol kesehatan yang ketat. Dalam sehari mereka bisa menggali puluhan lubang, tergantung dari jumlah kematian hari itu.

“Kita menyiapkan lubang paling sedikit 20 lubang, tapi kita pernah sampai 40 lubang gara-gara yang meninggal banyak. Itu rekor yang pernah kita lakukan,” kata Junaedi, seorang penggali makam di Kompleks Permakaman Covid-19 Pondok Ranggon, sebagaimana dilaporkan kantor berita Antara.

Sumber gambar, Antara Foto/MUHAMMAD ADIMAJA

Keterangan gambar, Jenazah yang telah dibawa ke permakaman telah melewati protokol yang ketat termasuk terbungkus plastik secara rapih.

Dia tak menampik bahwa dirinya selalu merasa takut terpapar dan membawa virus corona ke lingkungan keluarga.

Junaedi mengaku ketakutan terbesar dirinya bukan dari jenazah yang terpapar virus, namun dari para ahli waris, kerabat, dan teman yang mengantarkan jenazah.

Menurutnya, jenazah yang telah dibawa ke permakaman telah melewati protokol yang ketat termasuk terbungkus plastik secara rapih. Apabila ada kerusakan para petugas berhak menolak jenazah untuk dimakamkan. Akan tetapi, para pengantar jenazah belum tentu aman dari virus tersebut.

Sumber gambar, Antara Foto/MUHAMMAD ADIMAJA

Keterangan gambar, Seorang penggali kubur mengaku ketakutan terbesar dirinya bukan dari jenazah yang terpapar virus, namun dari para ahli waris, kerabat, dan teman yang mengantarkan jenazah.

Hal yang sama juga disampaikan oleh Ketua grup B petugas gali makam untuk jenazah Covid-19, Andi.

Karenanya, mereka telah menyiapkan sejumlah peralatan untuk melindungi diri.

Selain baju hazmat, mereka membekali diri dengan pembersih tangan, sarung tangan, dan plastik steril.

Sumber gambar, Antara Foto/MUHAMMAD ADIMAJA

Keterangan gambar, Selesai bertugas, para penggali kubur disemprot cairan disinfektan.

Saat tiba di rumah, sebelum berkumpul dengan dengan keluarga, mereka mandi. Adapun seluruh perlengkapan menggali kubur direndam cairan disinfektan.

Pemerintah juga memberikan perhatian khusus bagi mereka. Dengan besarnya risiko pekerjaan tersebut, pemerintah telah menyiapkan dana insentif sebesar Rp1 juta per orang yang dibayarkan per bulan.

“Selain insentif sih, sebenarnya pengennya nih Covid-19 buru-buru selesai. Dan tolong yang pada nganter jenazah jaga jarak, pada pake masker, dan ikutin protokol kesehatan. Jangan suka marah-marah sama kita. Kalau kita nanti kena dan mati, terus siapa yang nguburin?” tanya pria bertubuh besar tersebut sambil tertawa.

Sumber gambar, Antara Foto/MUHAMMAD ADIMAJA

Keterangan gambar, Seorang penggali kubur menyempatkan diri untuk makan di sela-sela tugas.

Sebagaimana dilaporkan situs resmi Pemprov DKI Jakarta melalui , jumlah permakaman jenazah dengan prosedur penanganan Covid-19 meningkat sejak awal Juli 2020.

Terhitung sebanyak 20-an jenazah dimakamkan dengan protap penanganan Covid-19 pada awal Juli 2020. Namun, jumlah itu meningkat hingga 60-an jenazah pada pertengahan September 2020.

Pada 16 dan 18 September, misalnya, terdapat 67 dan 65 jenazah yang dikuburkan dengan protap Covid-19.

Angka itu menurun hingga mencapai 41 jenazah pada 24 September.

Secara keseluruhan, menurut data Kementerian Kesehatan hingga 25 September 2020, terdapat 1.661 individu yang meninggal dunia akibat Covid-19 di DKI Jakarta. Adapun jumlah nasional tercatat sebanyak 10.218 orang.

Sumber gambar, Antara Foto/MUHAMMAD ADIMAJA

Keterangan gambar, Sempat timbul kekhawatiran bahwa kompleks permakaman bakal kehabisan tempat untuk menguburkan jenazah Covid-19.

Hal ini sempat menimbulkan kekhawatiran bahwa kompleks permakaman bakal kehabisan tempat untuk menguburkan jenazah Covid-19.

Namun, Suku Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Administrasi Jakarta Timur sebagaimana dilaporkan situs resmi Pemerintah Kota Jakarta Timur pada 9 September lalu, mengimbau warga untuk tidak risau akan kekurangan lahan pemakaman. Sebab, dari 69 hektare lahan yang ada, masih tersisa lahan 7.000 meter persegi, sehingga dianggap mencukupi untuk pemakaman 1.200 jenazah korban Covid-19.

Sumber gambar, Antara Foto/MUHAMMAD ADIMAJA

Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, juga pernah menyampaikan bahwa selain Pondok Ranggon, ada TPU Tegal Alur sebagai lokasi pemakaman khusus jenazah Covid-19. Disebutkannya, masih ada sisa dua hektare lahan di Tegal Alur yang bisa menampung sekitar 3.000 makam.

Jika nanti kedua TPU tersebut penuh, Anies menyatakan pihaknya telah menyiapkan tempat pemakaman lain sejak Maret 2020 untuk menampung jenazah korban Covid-19.

“Lokasi semua sudah disiapkan, jadi kita lihat perkembangan sesuai dengan kebutuhan. Insyaallah tidak akan ada kekurangan,” ungkap dia kepada wartawan di Gedung DPRD DKI Jakarta, 7 September 2020.

Meski demikian, Anies tidak memaparkan secara rinci di mana tempat lain yang dia maksud.