Level Dan Pola Lantai Pada Gerak Tari

Ketika kita melakukan gerak pada suatu tari, ada kalanya posisi badan kita tingkatannya tinggi seperti pada saat berdiri atau melompat, maupun rendah, seperti pada saat merunduk atau bahkan duduk. Tinggi rendahnya gerak yang kita lakukan pada saat menari disebut dengan level. Level merupakan salah satu unsur intrinsik tari yang penting untuk diperhatikan, bahkan sebagian jenis tari berfokus pada kekhas-an “permainan” level saja. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah pemaparan mengenai level dan berbagai aspek lain yang ikut memengaruhinya.

Pengertian Level
Level adalah tingkat tinggi rendahnya keadaan tubuh penari dalam suatu tarian. Di Indonesia, terdapat tradisi yang dilakukan menggunakan level tinggi dengan melayangkan badannya. Tradisi ini mengaplikasikan unsur level dengan cara melompati batu. Tradisi lompat batu lahir ratusan tahun silam dan masih dilestarikan hingga saat di daerah Nias.

Level tentunya merupakan salah satu unsur tari yang selalu dilakukan dalam berbagai jenis tari. Gambar di bawah ini menunjukkan gerak yang dilakukan dengan level rendah, sedang, dan tinggi.

Beberapa jenis gerak pada gambar di atas menunjukkan:

1. Gerak level rendah dilakukan menyentuh lantai.
2. Gerak level sedang dilakukan sejajar dengan tubuh.
3. Selanjutnya, gerak level tinggi dilakukan sebatas kemampuan penari melakukan gerak secara vertikal.

Level pada gerak yang dilakukan oleh sekelom­pok penari dapat membentuk desain bawah dan atas. Desain tersebut dapat memberi kesan dinamis terhadap gerak yang dilakukan, sehingga tarian tampak semakin indah.

Gerakan yang ditunjukkan pada level rendah, sedang dan tinggi akan membentuk desain kerucut. Penari yang berada pada level tinggi membentuk garis sudut atas, level sedang membentuk garis sisi, dan posisi terbaring membentuk garis sudut bawah. Level gerak dapat juga berfungsi untuk menunjukkan tokoh dalam penampilan tari. Contohnya, tokoh kaya atau berkuasa menggunakan level tinggi dan rakyat biasa atau warga miskin menggunakan level rendah.

Fungsi Level Gerak
Salah satu fungsi level pada gerak adalah untuk menciptakan dinamika. Jika level penari statis atau tidak dinamis makan akan tampak biasa saja dan tidak terlihat sedang melakukan suatu kegiatan seni yang indah. Permainan level yang variatif menjadikan gerak tari tidak monoton dan lebih menarik. Permainan level pada tari berkelompok lebih mudah dan menarik karena ragam gerak yang sama dapat dilakukan secara bergantian, serempak, atau selang-seling dan mungkin dilakukan pada level yang berbeda-beda.

Jenis Level Gerak
Seperti yang telah dijelaskan di atas sebelumnya, terdapat tiga jenis gerak, yakni gerak level rendah, sedang, dan tinggi. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing jenis level gerak tari berdasarkan pengutaraan Tim Kemdikbud (2017, hlm. 168 – 169).

1. Level Tinggi
Untuk melakukan level tinggi, kita dapat menggunakan media atau alat bantu seperti susunan panggung kecil (trap) atau alat bantu tali yang berfungsi untuk memberikan kesan melayang pada gerak tari yang ditampilkan. Gerak dengan level tinggi biasanya digunakan untuk memfokuskan terhadap peran atau gerak seseorang sehingga dapat dilihat dari segala arah. Pada tari Kecak dari Bali misalnya, penari yang berperan sebagai Shinta dan Rahwana berdiri di antara penari yang duduk membentuk lingkaran sehingga kedua tokoh tersebut terlihat jelas oleh penonton.

2. Level Sedang
Gerak dengan level sedang hampir dimiliki oleh semua tari tradisional di Indonesia. Level sedang ditunjukkan pada posisi penari berdiri secara lurus di atas pentas. Level sedang dapatg dilakukan dengan posisi penari berdiri dengan menggunakan tongkat dan kaki diangkat seperti pada gambar di bawah.

Gerak yang dilakukan memiliki kesan maskulin, karena gerak seperti ini sering dilakukan oleh penari pria. Properti dengan menggunakan tongkat sering dijumpai pada gerak tari Jawa, Sunda, Kalimantan, dan Papua, serta daerah lain. Tongkat dapat berupa tombak atau sejenisnya. Tongkat atau tombak yang digunakan biasanya menunjukkan bahwa tari tersebut bertema peperangan.

Gerak dengan level sedang juga sering dilakukan secara kelompok. Semua penari melakukan gerak rampak dengan badan agak condong. Pose gerak seperti ini memberi kesan k k h dan kuat. Lagi-lagi, gerak semacam ini juga memberi kesan maskulin yang kokoh, karena biasa ditarikan untuk peran laki-laki.

3. Level Rendah
Gerak dengan level rendah dapat dilakukan dengan cara berguling dari satu tempat ke tempat lain. Sementara itu, ketinggian minimal dicapai penari adalah pada saat rebah di lantai. Merebah dapat divariasikan dengan berbagai gerakan tangan dan kaki yang mengalun agar penonton tetap dapat melihat dan merasakan kehadiran penari, karena sebagian anggota tubuhnya masih jelas tampak.

Jenis Pola Lantai
Jika level menentukan posisi penari pada arah vertikal, maka pola lantai menentukan posisi penari pada garis horizontal. Hal ini membuat pola lantai akan saling terkait satu sama lain dengan level. Menurut Tim Kemdikbud (2017, hlm. 172 – 176) terdapat dua jenis pola lantai, yakni pola lantai garis lurus dan pola lantai garis lengkung. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing jenis pola lantai.

1. Pola Lantai Garis Lurus
Pola lantai garis lurus merupakan jenis pola lantai yang sering dijumpai pada pertunjukan tari tradisi di Indonesia. Contohnya adalah tari Saman dari Aceh menggunakan pola lantai garis lurus secara horizontal yang menyimbolkan atau menunjukkan hubungan antarmanusia. Sementara itu garis lurus dalam bentuk vertikal atau ke atas menunjukkan hubungan dengan Tuhan sebagai pencipta. Pada tari Saman, iringan menggunakan pujian terhadap Sang Pencipta bernapaskan keagamaan.

Pola lantai garis lurus juga apat dijumpai pada tarian Bedaya di keraton Jawa. Garis-garis lurus yang dibuat oleh penari menyimbolkan tidak hanya hubungan antarmanusia, tetapi juga dengan Sang Pencipta. Selain itu pola lantai garis lurus juga dijumpai pada tari Baris Gede di Bali. Pola garis-garis lurus pada tarian ini juga dapat dimaknai sebagai manusia yang harus memiliki sikap jujur.

Pola lantai garis lurus dapat dilakukan dengan berbagai level rendah seperti, berbaring atau duduk. Pada level sedang pola lantai garis lurus dapat dilakukan dengan berlutut atau jongkok. Pola lantai level tinggi dapat dilakukan dengan berdiri, jinjit, atau bahkan melompat dan melayang. Pola lantai garis lurus dapat dilakukan pada jenis penyajian tari berpasangan atau kelompok.

3. Pola Lantai Garis Lengkung
Tari Kecak merupakan salah satu contoh pola lantai garis lengkung yang membentuk lingkaran. Pola lantai garis lengkung dapat juga dijumpai pada tari Randai dari Minangkabau. Penari berjalan mengelilingi pentas membentuk lingkaran. Pola lantai garis lengkung dapat juga dijumpai pada tari Badong dari Toraja, Sulawesi Selatan.

Di daerah Flores dapat dijumpai tari dengan menggunakan garis lengkung, yaitu tari Gawi. Tari Rejang Dewa dari Bali juga banyak menggunakan pola lantai garis lengkung. Tari perang dari daerah Papua juga banyak menggunakan pola lantai lengkung.

Pola lantai dengan menggunakan garis lurus dan garis lengkung biasanya tarian yang berhubungan dengan hal magis atau keagamaan. Hal ini dapat dilihat pada contoh tari Saman, Bedaya, dan Rejang Dewa. Pola lantai pada tari kerakyatan biasanya menggunakan campuran kedua pola lantai tersebut.

Contoh selanjutnya adalah tari Tayub dari Jawa, tari Gandrung dari Sasak, tari Joged Bumbung dari Bali, tari Gareng Lamen dari Flores, dan hampir semua tarian perang dari Papua menggunakan pola lantai garis lurus dan garis lengkung. Sementara itu tarian Joged Melayu atau Zapin yang melibatkan penonton dapat menari bersama banyak menggunakan pola lantai garis lurus dan garis lengkung.

Tarian rakyat di Rusia juga memiliki kemiripan dengan tarian rakyat di Indonesia. Mereka menari berpasangan pada saat tertentu seperti pada pesta rakyat. Musik akordion sering menjadi iringan tari. Alat musik ini juga ada pada seni budaya Melayu. Tari kerakyatan dengan berpasangan memiliki kemiripan dengan Joged atau Zapin di Melayu. Para penari membentuk pola lantai garis lurus dan juga garis lengkung secara acak. Ini menunjukkan bahwa tarian yang bersifat kerakyatan memiliki kemiripan pada pola lantai berasal dari daerah mana pun.

Referensi
1. Tim Kemdikbud. (2017). Seni Budaya VII. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.