Pengertian Gerakan Sosial Baru

(Ilustrasi Gerakan Feminisme. Sumber Gambar: Harian Indo)Dalam diskursus ilmu-ilmu sosial, kajian gerakan sosial (Gersos) mendapatkan porsi perhatian yang cukup besar. Gersos dan politik menjadi salah satu kajian penting dalam ilmu sosial, khususnya yang berkaitan dengan perilaku kolektif.

Secara sederhana, Gersos dan politik merupakan aksi masyarakat secara serentak sebagai respon dari berbagai perubahan-perubahan sosial, politik, budaya, ekonomi, lingkungan yang terutama ditunjang oleh kelembagaan ketika berada dalam level rendah (Aribowo, 2015). Artinya, ketika sistem politik terasa kurang mengakomodiri keinginan dan kebutuhan masyarakat, maka menjadi pemicu terjadinya Gersos politik agar tuntutan tertentu diperhatikan dan lebih jauh dipenuhi oleh pemerintah.

Sebagai sebuah konsepsi teoritik, maka Gersos dan gerakan politik masing-masing pelu diperjelas. Meskipun, keduanya nampak sangat berhimpitan dalam realitasnya. Unit analisas “gerakan sosial”, di satu sisi, dan “gerakan politik”, di sisi lain, harus mendapatkan pemaparan yang lebih matang sehingga secara konsepsinya tidak menimbulkan kerancuan.

Gersos merupakan aksi perilaku kolektif secara umum yang menghendaki suatu tujuan tertentu, semisal kampanye penggiat lingkungan yang mengajak masyarakat untuk menjaga kelestarian alam dengan mengurangi kantong plastik.

Pada suatu taraf tertentu, upaya penggiat lingkungan tersebut diakomodir oleh pemerintah dengan menerbitkan peraturan yang memuat upaya-upaya mendukung progam yang digencarkan tersebut.

Dalam porsi demikian, Gersos yang sebelumnya hanya ditandai dalam lingkup penyuluhan dan ajakan secara sosial, dapat berimplikasi pada kebijakan yang berdimensi politik, maka peristiwa diterbitkannya Surat Edaran Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor S.1230/PSLB3-PS/2016 tentang Harga dan Mekanisme Penerapan Kantong Plastik Berbayar menjadi sebuah pencapain dalam usaha Gersos dan juga gerakan politik.

Ringkasnya, gerakan politik merupakan bagian dari Gersos, atau sejauh Gersos tersebut berimplikasi maupun memiliki dimensi politik, sebuah gerakan kolektif sosial bisa masuk katagori gerakan politik atau sosial dan politik ketika menyentuh wilayah sistem politik.

Keterkaitan dua hal tersebut tidak bisa dielakkan. Sebagaimana diketahui, tujuan Gersos adalah untuk membawa perubahan yang lebih baik sesuai yang dikehendaki, bersifat universal karena membela kemanusiaan demi masa depan yang lebih baik. Di sisi lain, sistem politik, sebagai sebuah entitas yang memiliki kekuasaan untuk menciptakan policy yang mengikat bagi masyarakat, menjadi implikasi tercapainya suatu tujuan tertentu dari gerakan sosial.

Dalam kajian lebih lanjut, terdapat teori Gersos baru. Apa itu Gersos baru?

Pengertian Gersos baru secara sederhana dipahami oleh Ilmuwan Sosial dengan dua hal. Pertama, Gersos baru memiliki tampilan wajah baru dan karakteristik yang unik. Kedua, merujuk pada hasil pengamatan tentang gerakan sosial baru mengantar kepada kepahaman status sebagai paradigma, atau cara pandang tertentu terhadap suatu obyek permasalahan terkait kenyataan sosial itu sendiri.

Asal dari Gersos baru itu sendiri bermula dari variasi, instensitas gerakan dan perlawan politik semakin kompleks untuk dikaji. Sebagaimana fenomena gerakan perdamaian, lingkungan, feminisme dan sebagainya (Suharko, 2006: 7-9).

Secara ringkas, Gersos baru dibedakan dalam hal tampilan watak yang berubah dari gerakan sosial lama atau tradisional. Corak gerakan sosial lama lebih bertumpuh pada ekonomi-matrealis seperti gerakan buruh. Sedangkan pola gerakan baru berpusat pada tujuan-tujuan non materil. Gersos Baru lebih menekankan pada aspek gaya hidup dan kebudayaan dari hal-hal yang bercirikan orientasi ekonomi. Gerakan lingkungan, perdamaian, feminisme kembali menjadi contoh yang memadahi dalam Gerakan Sosial Baru (Ibid).

Dalam perluasan kajian berikutnya, Suharko (2006), dengan mengutip pendapat Pichardo dan Singh, menformulasikan gerakan baru untuk lebih memperjelas perbedaanya dengan gerakan sosial lama. Yakni dari segi ideologi, pengorganisasian, struktur, dan partisipatornya.

Dari segi ideologi, Gersos baru sudah mulai menghidari prespektif kelas ala Marx untuk menjadi pondasi gerakan mereka. Gersos lama biasanya masih berkutat pada persoalan industri, buruh, anti kapitalis dan sebagainya. Sedangkan GSB lebih menerobos antara negara dan pasar sehingga membangkitkan pertahanan individu atau komunitas. Contohnya seperti agen-agen yang memperjuangkan kaum marginal, kaum urbanisasi, aktifis lingkungan dan sebagainya.

Sedangkan dari segi pengorganisasian, gerakan sosial baru lebih di luar politik normal dan memobilisasi opini publik sebagai nilai tawar politik. Berbeda dengan Gersos lama, yang cenderung mengikuti model pengorganisasian industri dan kepartaian.

Dari segi struktur, Gersos baru lebih menyeruhkan struktur yang responsif, terbuka, non hirarkies, terdesentralisasi. Gerakan lingkungan disini menemukan keserasian di dalam struktur Gersos Baru.

Dari sudut pandang partisipator, Gersos baru tidak lagi sekat sosial seperti gender, pendidikan dan kelas. Tidak terkategorisasi sebagaimana buruh, majikan yang terdapat di Gersos lama. Gersos baru melintasi dikotomi sosial demi tujuan kemanusiaan.

Alhasil, Gersos politik merupakan salah satu kajian penting di dalam disiplin Ilmu politik. Dimana dalam penjabaran selanjutnya, Gersos merupakan aspek utama yang menunjang gerakan politk selagi terhubung dengan dimensi dan implikasi politik. Selanjutnya, sesuai dengan karakteristik ilmu-ilmu sosial yang dinamis, konsep Gersos terus berkembang dari paradigma lama menuju Gersos baru, dimana Gersos baru tersebut mencirikan karakteristik, pola, strategi dan isu-isu spesifik yang berbeda dengan pendekatan gerakan politk tradisonal atau lama.

Rujukan

Aribowo. 2015. “Ilmu Gerakan Sosial dan Politik”. dalam Bahan Ajar Kuliah Gerakan Sosial Politik dan Politik Identitas, FISIP UNAIR. Tidak Diterbitkan.

Suharko. 2006. “Gerakan Sosial Baru di Indonesia : Reportoar Gerakan Petani” dalam Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Vol. 10, No. 1, Juli 2006.

Penulis: Redaksi Kajian Politik Pojok Wacana

Baca Juga:

Pelintiran Kebencian, Wirausahawan Politik, dan Ancaman bagi Demokrasi

Memahami Perang Cyber dalam Konteks Kajian Keamanan

Buzzer Politik dan Monopoli Ruang Publik