BUKU AJAR MEDIA PEMBELAJARAN PENJAS

44

Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai
perorangan atau anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan
sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh
pertumbuhan jasmani, kesehatan dan kesegaran jasmani, kemampuan dan
keterampilan, kecerdasan dan perkembangan watak serta kepribadian yang
harmonis dalam rangka pembentukan manusia Indonesia berkualitas
berdasarkan Pancasila. (Cholik Mutohir, 1992)

Pendidikan jasmani merupakan salah satu alat yang sangat penting
untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan khususnya
pertumbuhan dan perkembangan gerak manusia yaitu gerak yang
dibutuhkan manusia dalam aktivitas kesehariannya baik untuk belajar
mengenal alam sekitar maupun belajar mengenal dirinya sebagai mahluk
individu dan mahluk sosial dalam usaha mengatasi dan menyesuaikan
perubahan yang terjadi di lingkungannya. Pendidikan jasmani pada
dasarnya merupakan pendidikan yang mengaktualisasikan seluruh potensi
aktivitas manusia berupa sikap, tindak dan karya yang diberi bentuk, isi dan
arah menuju kebulatan pribadi sesuai dengan cita-cita kemanusiaan.
Pendidikan jasmani terutama pengalaman gerak memberikan kontribusi
yang dominan terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak didik secara
menyeluruh, sehingga pandangan terhadap kehidupan manusia antara jiwa
dan raga tidak bisa dipisahkan satu sama lain benar-benar dapat dibuktikan.
Pendidikan jasmani adalah proses sosialisasi atau pembudayaan via
aktivitas jasmani, bermain dan atau olahraga untuk mencapai tujuan
pendidikan

Program pendidikan jasmani khususnya di persekolahan terdiri dari satu
lingkungan belajar yang berisikan berbagai dan beragam kondisi dan
rangsang agar memberikan kemungkinan bereaksi secara jasmaniah,
sosial, emosional dan intelektual. Melalui kondisi dan rangsang anak didik
dapat berubah atau dididik ke arah yang diinginkan. Fasilitas yang tersedia
merupakan bagian esensial dari lingkungan khusus pendidikan jasmani.
Unsur esensial lainnya adalah guru pendidikan jasmani, pelatih, instruktur,
program pendidikan jasmani dan perlombaan serta pertandingan. Hasil
pendidikan jasmani yang diperoleh peserta didik bergantung pada respons
dan sikap yang mempengaruhinya, sebab pendidikan jasmani pada hakikatnya kondisi perubahan dan penyesuaian yang terjadi pada individu

sebagai akibat dari pengalaman dalam mempelajari gerak. Gerak

yang dilakukan individu merupakan inti sari dari pendidikan jasmani, karena

itu dalam pendidikan jasmani terdapat tiga faktor yang sangat mendasar

dalam gerak manusia. Pertama, faktor unjuk kerja jasmani, faktor ini sangat

berpengaruh dalam melakukan aktivitas jasmani malahan mendasari semua

gerak seperti kelincahan, kecepatan, kekuatan, daya tahan, keseimbangan,

kelentukan, dan stamina. kedua adalah aktivitas universal yakni

keterampilan fundamental seperti: lari, lempar, lompat, panjat, dan

menggantung. ketiga adalah gerakan khusus yang bertingkat tinggi yang

dikuasai dengan latihan dan pengalaman khusus yakni mencakup aktivitas

dalam pendidikan jasmani.

Aktivitas jasmani yang teratur dan berprogram dilaksanakan oleh

peserta didik untuk meningkatkan keterampilan motorik dan dan nilai-nilai

fungsional yang mencakup aspek kognitif, afektif dan sosial. Aktivitas jasmani

ini harus dipilih dan disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik agar

pesereta didik tumbuh dan berkembang secara sehat dan harmonis. Kegiatan

pendidikan jasmani merupakan suatu proses pendidikan melalui gerak fisik sebagai

alat untuk mencapai sasaran. Intisari pengertian pendidikan jasmani merupakan

suatu proses pendidikan dengan menggunakan gerak sebagai medianya yang

dilakukan secara sistematis untuk meningkatkan dan mengembangkan

keterampilan motorik, sikap, nilai-nilai sosial, emosional dan intelektual. Pengertian

ini sejalan dengan tujuan pendidikan jasmani yang pada intinya membina manusia

seutuhnya yang meliputi aspek jasmaniah, intelektual, emosional, social dan mental

spiritual melalui pemanfaatan gerak yang teratur, terprogram, terkendali dan terarah

dengan memperhatikan aspek manusia.

Nilai-nilai inti program pendidikan jasmani akan bermakna dalam

konteks pendidikan di Sekolah, jika dapat memberikan pengalaman gerak

yang bermakna kepada peserta didiknya. Ini dapat terwujud bukan saja

pengembangan dalam dimensi jasmaniah yakni kebugaran jasmani peserta

didik akan tetapi juga dalam pengembangan perubahan sikap sosial peserta

didik. Melalui program pendidikan jasmani yang teratur, terencana, terarah,

dan terbimbing diharapkan dapat dicapai seperangkat tujuan yang

mencakup pembentukan dan pembinaan pertumbuhan dan perkembangan

46

jasmani maupun rohani. Cakupan tujuan ini terdiri dari pertumbuhan dan
perkembangan unsure jasmani, rohani, social, emosional dan intelektual
moral spiritual

Secara eksplisit istilah pendidikan jasmani dibedakan dengan olahraga.
Dalam arti sempit olahraga diidentikkan sebagai gerak badan. Olahraga
ditilik dari asal katanya dari bahasa jawa olah yang berarti melatih diri dan
rogo (raga) berarti badan. Secara luas olahraga dapat diartikan sebagai
segala kegiatan atau usaha untuk mendorong, membangkitkan,
mengembangkan dan membina kekuatan-kekuatan 42 jasmaniah maupun
rokhaniah pada setiap manusia. Definisi lain yang dilontarkan pada
Lokakarya Nasional Pembangunan Olahraga. Olahraga pada hakikatnya
adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk
menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal
fisik, mental, serta emosional.

Olahraga saat ini menjadi sebuah trend atau gaya hidup bagi sebagian
masyarakat umum, bahkan hingga menjadi sebuah kebutuhan mendasar
dalam hidup. Olahraga menjadi kebutuhan yang sangat penting karena tidak
terlepas dari kebutuhan mendasar dalam melaksanakan aktivitas gerak
sehari-hari. Olahraga itu sendiri pada dasarnya merupakan serangkaian
gerak raga yang teratur dan terencana untuk memelihara dan meningkatkan
kemampuan gerak, serta bertujuan untuk mempertahankan, dan
meningkatkan kualitas hidup seseorang. Hal tersebut sejalan dengan yang
diamanatkan dalam Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional Nomor
3 Tahun 2005 bahwa, “olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis.

Secara sederhana olahraga dapat dilakukan oleh siapapun, kapanpun,
dimanapun, tanpa memandang dan membedakan jenis kelamin, suku, ras,
dan lain sebagainya. Toho Cholik Mutohir (2007) menjelaskan bahwa,
hakekat olahraga adalah sebagai refleksi kehidupan masyarakat suatu
bangsa. Di dalam olahraga tergambar aspirasi serta nilai-nilai luhur suatu
masyarakat, yang terpantul melalui hasrat mewujudkan diri melalui prestasi
olahraga. Kita sering mendengar kata-kata bahwa kemajuan suatu bangsa
salah satunya dapat tercermin dari prestasi olahraganya. Harapannya
adalah olahraga di Indonesia dijadikan alat pendorong gerakan kemasyarakatan bagi lahirnya insan manusia unggul, baik secara fisikal,
mental, intelektual, sosial, serta mampu membentuk manusia seutuhnya.
Olahraga adalah proses sistematik yang berupa segala kegiatan atau usaha
yang dapat mendorong mengembangkan, dan membina potensi-potensi
jasmaniah dan rohaniah seseorang sebagai perorangan atau anggota
masyarakat dalam bentuk permainan, perlombaan / pertandingan, dan
kegiatan jasmani yang intensif untuk memperoleh rekreasi, kemenangan,
dan prestasi puncak dalam rangka pembentukan manusia Indonesia
seutuhnya yang berkualitas berdasarkan Pancasila. (Cholik Mutohir, 1992)
Dapat disimpulkan bahwa pendidikan jasmani merupakan proses
pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani dan direncanakan secara
sistematik bertujuan untuk meningkatkan individu secara organik,
neuromoskuler, perseptual, kognitif, sosial dan emosional.
B. Definisi Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani merupakan bagian dari pendidikan secara umum yang
memberikan kontribusi terhadap pengalaman-pengalaman gerak, pertumbuhan
dan perkembangan anak didik secara menyeluruh. Seperti dikemukakan Krool
(1982 dalam Rusli Lutan, 1992) menyatakan “Physical education is education
through, and not of the physical”, maksudnya pendidikan jasmani adalah
pendidikan yang sifatnya menyeluruh, dan bukan hanya pembentukan fisik saja.
Hal yang sama, Pangrazi dan Dauer (1988) dalam Mahendra (1997) menyatakan
pendidikan jasmani dipercaya sebagai suatu aktivitas yang memiliki manfaat dalam
pengembangan sifat-sifat manusia yang unggul seperti: keteguhan, daya juang,
sportivitas, kejujuran, serta kemampuan bekerja sama. Ini merupakan keunggulan
atau nilai lebih yang melekat pada pendidikan jasmani di samping atribut lain dalam
hal mengembangkan aspek-aspek psikomotor dan kognitif peserta didik.
Keyakinan terhadap nilai lebih ini menjadikan alasan mengapa pendidikan jasmani
selalu menjadi bidang studi wajib bagi peserta didik Sekolah Dasar sampai tingkat
sekolah menengah, malahan ada beberapa perguruan tinggi mata kuliah
pendidikan jasmani adalah program wajib yang harus ditempuh mahapeserta didik. C. Tujuan
Secara sederhana, pendidikan jasmani memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk:

1. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan
aktivitas jasmani, perkembangan estetika, dan perkembangan sosial.

2. Mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk menguasai
keterampilan gerak dasar yang akan mendorong partisipasinya dalam aneka
aktivitas jasmani.

3. Memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang optimal
untuk melaksanakan tugas sehari-hari secara efisien dan terkendali.

4. Mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi dalam aktivitas jasmani
baik secara kelompok maupun perorangan.

5. Berpartisipasi dalam aktivitas jasmani yang dapat mengembangkan
keterampilan sosial yang memungkinkan peserta didik berfungsi secara efektif
dalam hubungan antar orang.

6. Menumbuhkan kemampuan berfikir kritis melalui pelaksanaan tugas-tugas ajar
Pendidikan Jasmani.

7. Mengembangkan kemampuan gerak dan keterampilan berbagai macam
permainan dan olahraga.

8. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan
dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai
aktivitas jasmani

9. Mengetahui dan memahami konsep aktivitas jasmani sebagai informasi untuk
mencapai kesehatan, kebugaran, dan pola hidup sehat.
Diringkaskan dalam terminologi yang populer, maka tujuan pembelajaran

pendidikan jasmani itu harus mencakup tujuan dalam domain psikomotorik, domain
kognitif, dan tak kalah pentingnya dalam domain afektif. Pengembangan domain
psikomotorik secara umum dapat diarahkan pada dua tujuan utama, pertama
mencapai perkembangan aspek kebugaran jasmani, dan kedua, mencapai
perkembangan aspek perseptual motorik. Ini menegaskan bahwa pembelajaran
pendidikan jasmani harus melibatkan aktivitas fisik yang mampu merangsang
kemampuan kebugaran jasmani serta sekaligus bersifat pembentukan penguasaan
gerak keterampilan itu sendiri. Domain kognitif mencakup pengetahuan tentang fakta, konsep, dan lebih
penting lagi adalah penalaran dan kemampuan memecahkan masalah. Aspek
kognitif dalam pendidikan jasmani, tidak saja menyangkut penguasaan pengetahuan
faktual semata-mata, tetapi meliputi pula pemahaman terhadap gejala gerak dan
prinsipnya, termasuk yang berkaitan dengan landasan lmiah pendidikan jasmani dan
olahraga serta manfaat pengisian waktu luang. Domain afektif mencakup sifat-sifat
psikologis yang menjadi unsur kepribadian yang kukuh. Tidak hanya tentang sikap
sebagai kesiapan berbuat yang perlu dikembangkan, tetapi yang lebih penting
adalah konsep diri dan komponen kepribadian lainnya, seperti intelegensia
emosional dan watak. Konsep diri menyangkut persepsi diri atau penilaian
seseorang tentang kelebihannya. Konsep diri merupakan fondasi kepribadian anak
dan sangat diyakini ada kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan mereka
setelah dewasa kelak.

Disamping itu juga dari rumusan tujuan pendidikan jasmani di atas pada
hakikatnya kawasan pendidikan jasmani mencakup aspek organik, kognitif,
neuromuskuler, perseptual, sosial dan emosional. Akibatnya seorang yang terdidik
dalam pendidikan jasmani, maka ia telah mempelajari berbagai macam keterampilan
yang diperlukan dalam melakukan berbagai aktivitas jasmani, seperti:

1) Bergerak dengan menggunakan kesadaran tentang tubuhnya, ruang, usaha
dan hubungan,

2) Menunjukkan penguasaan keterampilan dalam berbagai keterampilan
manipulatif, lokomotor, dan nonlokomotor,

3) Memperlihatkan kemampuan keterampilan dalam kombinasi manipulatif,
lokomotor, dan nonlokomotor yang dilakukan secara individual atau dengan
orang lain,

4) Menunjukkan kemampuan dalam berbagai bentuk aktivitas jasmani
Aspek organik berhubungan dengan sistem tubuh menjadi lebih baik sesuai

dengan tuntutan lingkungannya untuk pengembangan keterampilan seperti
kekuatan otot, daya tahan otot dan kardiovaskuler, serta peningkatan fleksibelitas
persendian. Aspek neuromuskuler yang berorientasi pada keharmonisan antara
fungsi saraf dan otot lebih tertuju pada pengembangan keterampilan gerak dasar
sebagai wujud konkrit kebutuhan nyata gerak sehari-hari, seperti mengembangkan
keterampilan lokomotor, nonlokomotor, dan keterampilan dasar manipulatif. Mewujudkan penyelenggaraan pendidikan jasmani yang berkualitas memang
diakui tidak mudah, banyak tantangan yang harus dihadapi oleh guru pendidikan
jasmani, seperti minimnya fasilitas yang berupa sarana dan prasarana pendidikan
jasmani, rendahnya kemampuan guru pendidikan jasmani yang profesional,
rendahnya motivasi peserta didik, dan kurangnya pembinaan terhadap guru serta
kondisi yang kurang mendukung dalam penyelenggaraan pendidikan jasmani di

Sekolah.

Tujuan pendidikan mengarahkan dan membimbing kegiatan guru dan murid
dalam proses pengajaran. Karena adanya tujuan yang jelas maka semua usaha
dan pemikiran guru tertuju kearah pencapaian tujuan itu. Sebaliknya apabila tidak
ada tujuan yang jelas maka kegiatan pengajaran tidak mungkin berjalan
sebagaimana yang diharapkan dan tidak akan memberikan hasil yang diinginkan.
Menurut Agus S. Suryobroto (2004), tujuan pendidikan jasmani adalah untuk
pembentukan anak, yaitu sikap atau nilai, kecerdasan, fisik, dan keterampilan
(psikomotorik), sehingga siswa akan dewasa dan mandiri, yang nantinya dapat
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan menurut BNSP dalam buku
yang berjudul Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006), tujuan pendidikan
jasmani adalah:

1. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan
dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai
aktivitas kegiatan jasmani dan olahraga yang terpilih.

2. Membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cinta damai, sikap sosial
dan toleransi dalam konteks kemajemukan budaya, etnis, dan agama
meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik.

3. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar.
4. Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui iternalisasi nilai-nilai

yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan.
5. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerjasama,

percaya diri, dan demokratis.
6. Mengembangkan ketrampilan unutk menjaga keselamatan diri sendiri, orang

lain, dan lingkungan.

51

D. Fungsi Pendidikan Jasmani
1. Aspek Organik
a) Menjadikan fungsi sistem tubuh menjadi lebih baik sehingga individu dapat
memenuhi tuntutan lingkungannya secara memadai serta memiliki landasan
untuk pengembangan keterampilan.
b) Meningkatkan kekuatan otot, yaitu jumlah tenaga maksimum yang
dikeluarkan oleh otot atau kelompok otot.
c) Meningkatkan daya tahan otot, yaitu kemampuan otot atau kelompok otot
untuk menekan kerja dalam waktu yang lama.
d) Meningkatkan daya tahan kardiovaskuler, kapasitas individu untuk
melakukan aktivitas yang berat secara terus menerus dalam waktu yang
relatif lama.
e) Meningkatkan fleksibilitas, yaitu: rentang gerak dalam persendian yang
diperlukan untuk menghasilkan gerakan yang efisien dan mengurangi
cidera.
2. Aspek Neuromuskuler
a. Meningkatkan keharmonisan antara fungsi saraf dan otot.
b. Mengembangkan gerak dasar lokomotor, seperti: berjalan, berlari,
melompat, meloncat, meluncur, melangkah, mendorong,
menderap/mencongklang, berguling, menarik.
c. Mengembangkan gerak dasar non-lokomotor, seperti: mengayun,
melengok, meliuk, bergoyang, meregang, menekuk, menggantung,
membongkok.
d. Mengembangkan gerak dasar manipulatif, seperti: memukul, menendang,
menangkap, menghentikan, melempar, mengubah arah, memantulkan,
menggulirkan, memvoli.
e. Mengembangkan komponen fisik, seperti: kekuatan, daya tahan,
kelentukan, kecepatan, keseimbangan, ketepatan, power.
f. Mengembangkan kemampuan kinestetik seperti: rasa gerak, irama, waktu
reaksi dan koordinasi.
g. Mengembangkan potensi diri melalui aktivitas jasmani dan olahraga, seperti:
sepakbola, softball, bolavoli, bolabasket, bolatangan, baseball, atletik,
tennis, tennis meja, beladiri dan lain sebagainya. h. Mengembangkan aktivitas jasmani di alam bebas melalui berbagai
kegiatan, seperti: menjelajah, mendaki, berkemah, dan lainnya.

3. Aspek Perseptual
a. Mengembangkan kemampuan menerima dan membedakan isyarat.
b. Mengembangkan hubungan-hubungan yang berkaitan dengan tempat atau
ruang, yaitu kemampuan mengenali objek yang berada di depan, belakang,
bawah, sebelah kanan, atau di sebelah kiri dari dirinya.
c. Mengembangkan koordinasi gerak visual, yaitu: kemampuan
mengkoordinasikan pandangan dengan keterampilan gerak yang
melibatkan tangan, tubuh, dan atau kaki.
d. Mengembangkan keseimbangan tubuh (statis dan dinamis), yaitu:
kemampuan mempertahankan keseimbangan statis dan dinamis.
e. Mengembangkan dominasi (dominancy), yaitu: konsistensi dalam
menggunakan tangan atau kaki kanan/kiri dalam melempar atau
menendang.
f. Mengembangkan lateralitas (laterility), yaitu: kemampuan membedakan
antara sisi kanan atau kiri tubuh dan diantara bagian dalam kanan atau kiri
tubuhnya sendiri.

4. Aspek Kognitif
a. Mengembangkan kemampuan menemukan sesuatu, memahami,
memperoleh pengetahuan dan mengambil keputusan.
b. Meningkatkan pengetahuan tentang peraturan permainan, keselamatan,
dan etika.
c. Mengembangkan kemampuan penggunaan taktik dan strategi dalam
aktivitas yang terorganisasi.
d. Meningkatkan pemahaman bagaimana fungsi tubuh dan hubungannya
dengan aktivitas jasmani.
e. Menghargai kinerja tubuh, penggunaan pertimbangan yang berhubungan
dengan jarak, waktu, tempat, bentuk, kecepatan, dan arah yang digunakan
dalam mengimplementasikan aktivitas dan dirinya.

5. Aspek Sosial
a. Menyesuaikan diri dengan orang lain dan lingkungan dimana berada.
b. Mengembangkan kemampuan membuat pertimbangan dan keputusan
dalam kelompok. c. Belajar berkomunikasi dengan orang lain.
d. Mengembangkan kemampuan bertukar pikiran dan mengevaluasi ide

dalam kelompok.
e. Mengembangkan kepribadian, sikap, dan nilai agar dapat berfungsi

sebagai anggota masyarakat.
f. Mengembangkan rasa memiliki dan tanggungjawab di masyarakat.
g. Menggunakan waktu luang dengan kegiatan yang bermanfaat.
6. Aspek Emosional
a. Mengembangkan respon positif terhadap aktivitas jasmani.
b. Mengembangkan reaksi yang positif sebagai penonton.
c. Melepas ketegangan melalui aktivitas fisik yang tepat.
d. Memberikan saluran untuk mengekpresikan diri dan kreativitas.
7. Aspek Rehabilitasi
a. Terapi dan koreksi terhadap kelainan sikap tubuh.
b. Rehabilitasi terhadap cacat fisik dan penyakit fisik yang bersifat sementara.
c. Mengkoordinasikan berbagai hambatan melalui aktivitas jasmani.
E. Materi Pendidikan Jasmani
Materi mata pelajaran Penjas yang meliputi: pengalaman mempraktikkan
keterampilan dasar permainan dan olahraga; aktivitas pengembangan; uji
diri/senam; aktivitas ritmik; akuatik (aktivitas air); dan pendidikan luar kelas
(outdoor) disajikan untuk membantu siswa agar memahami mengapa manusia
bergerak dan bagaimana cara melakukan gerakan secara aman, efisien, dan
efektif. Adapun implementasinya perlu dilakukan secara terencana, bertahap, dan
berkelanjutan, yang pada gilirannya siswa diharapkan dapat meningkatkan sikap
positif bagi diri sendiri dan menghargai manfaat aktivitas jasmani bagi peningkatan
kualitas hidup seseorang. Dengan demikian, akan terbentuk jiwa sportif dan gaya
hidup aktif.
Menurut Dirjen Mendiknasmen Depdiknas (2006) Materi Mata Pendidikan
Jasmani Sekolah Dasar permainan dan Olahraga: aktivitas pengembagan uji diri ,
seperti senam (aktivitas Ritmik), (aktivitas air) dan pendidikan luar kelas (outdoor)
disajikan untuk memebantu siswa agar memahami mengapa manusiabergerak dan
bagaiman cara melakukan gerakan secara aman, efisien, dan efektif. Adapaun
implementasinya perlu dila kukan secara terencana bertahap, dan berkelanjutan
yang pada giliranya siswa diharapkan dapat meningkatkan sikap positif bagi diri sendiri dan menghargai manfaat aktivitas jasmani bagi peningkatan kualitas hidup
seseorang. Dengan demikian, akan terbentuk jiwa aportif dan gaya hidup aktif

Struktur materi Penjas dikembangkan dan disusun dengan menggunakan
model kurikulum kebugaran jasmani dan pendidikan olahraga Jewett, Ennis, Bain,
1995. Asumsi yang digunakan kedua model ini adalah untuk menciptakan gaya
hidup sehat dan aktif, dengan demikian manusia perlu memahami hakikat
kebugaran jasmani dengan menggunakan konsep latihan yang benar. Olahraga
merupakan bentuk lanjut dari bermain, dan merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari kehidupan keseharian manusia. Untuk dapat berolahraga secara benar,
manusia perlu dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan yang memadai.
Pendidikan jasmani diyakini dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk:

a) berpartisipasi secara teratur dalam kegiatan olahraga,
b) pemahaman dan penerapan konsep yang benar tentang aktivitas- aktivitas

tersebut agar dapat melakukannya secara aman,
c) pemahaman dan penerapan nilai-nilai yang terkandung dalam aktivitas-

aktivitas tersebut agar terbentuk sikap dan perilaku sportif dan positif, emosi
stabil, dan gaya hidup sehat.
Struktur materi penjas dari TK sampai SMU dapat dijelaskan sebagai berikut.
Materi untuk TK sampai kelas 3 SD meliputi kesadaran akan tubuh dan gerakan,
kecakapan gerak dasar, gerakan ritmik, permainan, akuatik olahraga di air bila
memungkinkan, senam, kebugaran jasmani dan pembentukan sikap dan perilaku.
Materi pembelajaran untuk kelas 4 sampai 6 SD adalah aktivitas pembentukan
tubuh, permainan dan modifikasi olahraga, kecakapan hidup di alam bebas, dan
kecakapan hidup personal kebugaran jasmani serta pembentukan sikap dan
perilaku. Materi pembelajaran untuk kelas 7 dan 8 SMP meliputi teknikketerampilan
dasar permainan dan olahraga, senam, aktivitas ritmik, akuatik, kecakapan hidup
di alam terbuka, dan kecakapan hidup personal kebugaran jasmani serta
pembentukan sikap dan perilaku. Materi pembelajaran kelas 9 SMP sampai kelas
12 SMU adalah teknik permainan dan olahraga, uji dirisenam, aktivitas ritmik,
akuatik, kecakapan hidup di alam terbuka dan kecakapan hidup personal
kebugaran jasmani serta pembentukan sikap dan perilaku. F. Aspek Dominan Pembelajaran Pendidikan Jasmani
1. Fokus Program Pendidikan Jasmani di Taman Kanak-Kanak sampai
dengan SD Kelas III
Pendidikan jasmani adalah konstribusi bagian dari program pendidikan secara
umum, terutama melalui pengalaman gerak untuk menjamin pertumbuhan dan
perkembangan anak. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari
pendidikan melalui pengalaman gerak yang mendorong kemampuan fisik,
keterampilan motorik, perkembangan kognitif, perkembangan sosial-emosional
dan spiritual. Proses pendidikan jasmani yang efektif akan mendorong kecepatan
tujuan pendidikan jasmani yang telah dirancangkan seperti perkembangan fisik,
pengembangan gerak, keterampilan gerak, perkembangan kognitif dan afektif,
perkembangan sosial dan perkembangan emosional. Perkembangan gerak
merupakan salah satu bagian terpenting dari tujuan dalam pelaksanaan
pendidikan jasmani. Gerak sangat penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan anak usia dini. Hal ini dikarenakan pada anak usia ini anak
mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Proses pembelajaran
harus berkualitas dan menyenangkan pada usia dini, maka sangat berkaitan
dengan bagaimana proses pembelajaran berlangsung dan bagaimana model
pembelajaran dan alat dibuat. Proses pembelajaran pada anak usia dini
hendaknya dilakukan dengan memberi konsep-konsep dasar yang memiliki
kebermaknaan bagi anak melalui nyata yang memungkinkan anak menunjukkan
aktivitas dan rasa ingin tahu secara optimal.
Proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek sedang
mengalami masa yang cepat dalam rentang perkembangan hidup manusia.
Proses pembelajaran sebagai bentuk perlakuan yang diberikan pada anak harus
memperhatikan karakteristik yang dimiliki setiap tahapan perkembangan anak.
Pentingnya gerak dasar bagi anak sangatlah berpengaruh untuk kemajuan
akademiknya selain itu juga pertumbuhan dan perkembangan anak menjadi akan
lebih baik dalam bergerak. Dalam hal ini pendidikan jasmani adalah salah satu
proses pembelajaran untuk meningkatkan kualitas fisik dan prestasi olahraganya.
Pendidikan jasmani merupakan bagian dari pendidikan di sekolah dari tingkat
dasar sampai perguruan tinggi. Pelaksanaan merupakan penyeimbang untuk
mencegah kebosanan pada anak di sekolah. Samsudin (2008) mengatakan
bahwa pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan
keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat, aktif, sikap sportif
dan kecerdasan emosi.

.
Anak yang memiliki keterlambatan mental menunjukkan bahwa anak diharapkan
dengan program pendidikan jasmani akan menjadi makin pintar (Bucher, 1979).
Bucher (1979) mengemukakan bahwa tujuan pendidikan SD adalah:

1) Anak harus dipandang sebagai individu dengan kebutuhan fisik, mental,
emosional dan sosial yang berbeda.

2) Keterampilan gerak dan kognitif harus mendapat penekanan.
3) Anak harus meningkatkan kekuatan otot, daya tahan, kelenturan,

kemampuan dan koordinasi serta harus belajar bagaimana faktor-faktor
tersebut memainkan peran dalam meningkatkan kebugaran jasmani.
4) Pertumbuhan sosial dalam olahraga harus menjadi bagian penting dari
semua program.
Mengidentifikasi elemen-elemen pendidikan jasmani yang lazim diberikan di SD,
adalah:
1) Gerak-gerak dasar yang meliputi jalan, lari, lompat/ loncat, menendang,
menarik, mendorong, mengguling (roll), memukul, keseimbangan,
menangkap dan bergulir.
2) Game dengan organisasi rendah dan lari beranting.
3) Aktivitas-aktivitas berirama, taria-tarian rakyat (rolk dance), bernyanyi dan
game musik (musical games).
4) Dasar-dasar keterampilan untuk berbagai olahraga dan game, biasanya
dimulai kira-kira pada tahun keempat atau kelima.
2. Fokus Program Pendidikan Jasmani di SD Kelas IV-V
Fokus program pendidikan jasmani sekolah dasar untuk kelas 4-6 adalah:
1) Program Pendidikan jasmani harus memberikan kesempatan untuk

memperoleh kesenangan, belajar keterampilan baru, dan belajar
berbagai cabang olahraga;
2) Anak juga membutuhkan latihan untuk meningkatkan kebugaran
jasmani;
3) Pada tingkat usia ini hampir pasti bahwa pendidikan jasmani dipandang
sebagai tempat untuk membentuk persahabatan yang baru; ) Anak juga menekankan bahwa program pendidikan jasmani memberikan
kesempatan untuk “Beraksi” (show off) dan anak juga mampu
menghilangkan ketegangannya (Bucher, 1979).

3. Fokus Program Pendidikan Jasmani di SMP KelasVII-IX
Program pendidikan jasmani harus dikaitkan dengan peningkatan

kesehatan dan kebugaran jasmani. Siswa menginginkan belajar
keterampilan baru dan berbagai cabang olahraga. Program pendidikan
jasmani harus lebih dari sekedar mengembangkan tubuh, tetapi juga
mengembangkan pikiran dan mempersiapkan siswa untuk bekerja pada
masa yang akan datang. Pada tingkat usia ini program, pendidikan jasmani
dipandang sebagai tempat untuk belajar fair play dan jiwa sportivitas yang
baik. Siswa juga ingin belajar aktivitas, dimana membuktikan pemanfaatan
waktu luang. Sebagian besar siswa juga menginginkan bermain dalam
suatu tim (Bucher, 1979).
4. Fokus Program Pendidikan Jasmani di SMA Kelas X-XII

Program pendidikan jasmani dipandang sebagai tempat dimana siswa
dapat belajar menghargai siswa lain. Program pendidikan jasmani harus
memberikan suatu perubahan langkah dalam kegiatan akademik. Program
pendidikan jasmani menekankan tentang pentingnya latihan, sebagai akibat
meningkatkan kesehatan dan kebugaran jasmani siswa. Siswa ingin belajar
berbagai keterampilan dan berbagai cabang olahraga. Siswa juga ingin
berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas yang bermanfaat baginya dalam
memanfaatkan waktu luang. Pada tingkat usia ini anak ingin bermain secara
harmonis dengan orang lain dan berpartisipasi dalam permainan tim.

1) Program pendidikan jasmani pada sekolah lanjutan meliputi hal-hal
sebagai berikut: Mencintai olahraga tim atau beregu

2) Kegembiraan dan minat dalam kepelatihan olahraga.
3) Pengelompokkan ke dalam bagian-bagian tentang pokok bahasan

(subject matter)
4) Kelompok siswa yang berminat untuk bekerja atau beraktivitas.
5) Kepuasan yang diperoleh dalam melihat siswa mentransfer

keterampilan dari kelas pendidikan jasmani kegiatan di dalam
sekolah (intramural) dan rekreasi setelah sekolah. ) Tantangan yang membimbing siswa untuk melewati periode yang
canggung, transisional dari ketidaktenangan dan ketidakmenentuan
pada masa sekolah lanjutan pertama.

7) Inspirasi yang diperoleh dari bekerja dengan staff dan kolega
profesional yang lain

8) Mencintai makin banyak permainan dan aktivitas dengan organisasi
tinggi

Garis-garis pedoman program pendidikan jasmani di sekolah lanjutan
menggambarkan bahwa banyak garis pedoman yang diajukan di sekolah dasar juga
tepat untuk sekolah lanjutan dan perguruan tinggi. Kesimpulannya adalah bahwa
program untuk sekolah lanjutan yang lebih tepat disesuaikan dengan format sebagai
berikut:

1) Program pembelajaran harus memenuhi perbedaan kebutuhan semua siswa
dan disesuaikan dengan kebutuhan perkembangan tiap siswa.

2) Program harus diseimbangkan antara olahraga tim dan perseorangan,
olahraga, air, senam, aktivitas uji diri, dansa dan aktivitas berirama.

3) Kemajuan harus berangkai yang berkaitan dengan keterampilan dan pola
gerak tertentu.

4) Kesempatan belajar efektif (pilihan) harus diberikan.
5) Pengetahuan tentang tubuh manusia dan prinsip-prinsip gerak manusia sangat

penting.
6) Aktivitas kreativitas, pengarahan diri (self-direction), aktivitas yang berat dan

kuat dan kuat, disamping prinsip-prinsip pengamanan harus didorong.
7) Kebugaran jasmani dan keterampilan yang dapat dilakukan dalam kegiatan

intramural, antar sekolah (interscholastic) dan program rekreasi yang
komprehensif untuk semua siswa harus ditekankan. Pengembangan hubungan
manusia dan pendorongan siswa yang memiliki kesulitan yang disebabkan
program-problem fisik, sosial dan emosi sangat penting untuk dijadikan
program utama.

Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan adalah suatu proses
pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan
kebugaran jasmani. Mengembangkan ketrampilan motorik, pengetahuan dan
perilaku hidup sehat dan aktivitas, dan sikap sportif, kecerdasan emosi.
Berdasarkan kurikulum pendidikan jasmani tahun 2006 kegiatan pokok yang diajarkan terdiri dari atletik, senam, dan permainan yang memerlukan alat dan
fasilitas olahraga sedapat mungkin dipenuhi.

Secara psikologis keadaan alat dan fasilitas yang memenuhi syarat
akan memotivasi anak dalam mengikuti pelajaran, mempertinggi prestasi
dalam belajar dan akan memotivasi anak dalam mengikuti pelajaran,
mempertinggi prestasi dalam belajar dan akan menambah kegembiraan anak
dalam melakukan berbagai latihan. Disisi lain, ternyata banyak sekolahan yang
kekurangan alat dan fasilitas pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan,
sehingga pengajaran terganggu, bahkan ada materi pembelajaran yang tidak
dilaksanakan dengan alasan tidak memiliki peralatan yang memadai sehingga
anak tidak termotivasi untuk berlatih.Melihat alat dan fasilitas yang kurang
memadai, sebaiknya pemerintah berusaha memenuhinya. Dalam membuat
perencanaan untuk pengadaan alat dan fasilitas pendidikan jasmani yang akan
diusulkan memerlukan data yang tepat mengenai keadaan sebelumnya ditiap
sekolahan dan kebutuhan di waktu mendatang, agar sesuai dengan kebutuhan
masing-masing sekolah. Rangkuman
pedoman program pendidikan jasmani di sekolah lanjutan menggambarkan

bahwa banyak garis pedoman yang diajukan di sekolah dasar juga tepat untuk
sekolah lanjutan dan perguruan tinggi. Kesimpulannya adalah bahwa program untuk
sekolah lanjutan yang lebih tepat disesuaikan dengan format.
Pendidikan jasmani adalah konstribusi bagian dari program pendidikan secara umum,
terutama melalui pengalaman gerak untuk menjamin pertumbuhan dan
perkembangan anak. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan
melalui pengalaman gerak yang mendorong kemampuan fisik, keterampilan motorik,
perkembangan kognitif, perkembangan sosial-emosional dan spiritual.
Program pendidikan jasmani dipandang sebagai tempat berlaga, memperoleh
kesenangan dan belajar bermain (game). Anak juga membutuhkan latihan yang
diperlukan agar dapat tumbuh menjadi besar dan kuat. Beberapa anak pada awal usia
ini menunjukkan bahwa anak ingin belajar bagaimana menjadi atlet dan ingin bermain
pada suatu tim. Anak memiliki koordinasi yang jelek, diharapkan anak dapat
meningkatkan kebugaran jasmaninya sehingga anak dapat bergabung kembali ke
kelas reguler.

Proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek sedang
mengalami masa yang cepat dalam rentang perkembangan hidup manusia. Proses
pembelajaran sebagai bentuk perlakuan yang diberikan pada anak harus
memperhatikan karakteristik yang dimiliki setiap tahapan perkembangan anak.
Pentingnya gerak dasar bagi anak sangatlah berpengaruh untuk kemajuan
akademiknya selain itu juga pertumbuhan dan perkembangan anak menjadi akan
lebih baik dalam bergerak.

Latihan

1. Sebutkan Fokus program pendidikan jasmani sekolah dasar untuk kelas 4-6?
2. Sebutkan fungsi pendidikan jasmani?
3. Apa saja materi pendidikan jasmani bagi siswa jelaskan?

BAB V SARANA DAN PRASARANA

D. Hakikat Sarana
Istilah sarana mengandung arti sesuatu yang dapat digunakan atau dapat

dimanfaatkan. Sarana pendidikan jasmani ialah segala sesuatu yang dapat
digunakan atau dimanfaatkan di dalam pembelajaran pendidikan jasmani,
olahraga dan kesehatan. Demikian juga dengan prasarana yaitu segala sesuatu
fasilitas yang melengkapi kebutuhan sarana yang dimiliki sifat permanen atau
tidak dapat dipindahkan. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Agus.
S. Suryobroto (2004), sarana atau alat adalah segala sesuatu yang diperlukan
dalam pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, mudah
dipindah bahkan dibawa oleh pelakunya atau siswa. Alat yang dimagsut antara
lain raket, pemukul, tongkat, balok, bed,sarana atau alat sangat penting dalam
memberikan motivasi anak didik untuk bergerak aktif, sehingga siswa sanggup
melakukan aktivitas dengan sungguh dan akhirnya tujuan aktivitas dapat
tercapai.

Menurut Soepartono (2000), istilah sarana olahraga adalah terjemahan
dari facilities pembelajaran pendidikan yaitu suatu yang dapat digunakan dan
dimanfaatkan dalam pelaksanaan jasmani. Selanjutnya sarana juga dapat
diartikan segala sesuatu yang dapat digunakan dalam pembelajaran pendidikan
jasmani mudah dipindah bahkan mudah dibawa oleh pemakai. Sarana olahraga
dapat dibedakan menjadi:

a. Peralatan (apparatus) ialah suatu yang digunakan antara lain: peti
loncat, palang tunggal, palang sejajar.

b. Perlengkapan (device) ialah:
1) Semua yang melengkapi kebutuhan prasarana. Misalnya net,
bendera untuk tanda, garis batas.
2) Suatu yang dapat dimainkan atau dimanipulasi dengan tangan
atau kaki. Misalnya bola, raket, dan pemukul.

Perlengkapan adalah perkakas yang kurang permanen dibandingkan fasilitas,
antara lain bangku swedia, peti lompat, kuda-kuda, palang sejajar, palng tunggal,
matras, dan lain-lain. Alat–alat supplies, biasanya dipakai dalam waktu yang
relatif pendek misalnya: bola, raket, jarring, bola basket, jarring tenis, pemukul
bola kasti dan sebagainya. Menurut Soepartono (2000), bahwa prasarana olahraga adalah suatu yang merupakan penunjang terselenggaranya suatu
proses pembelajaran pendidikan jasmani. Dalam pembelajaran pendidikan
jasmani prasarana didifinisikan sebagai suatu yang mempermudah atau
memperlancar proses. Menurut Ratal Wirjasantosa (1968), yang dimaksud
dengan fasilitas ialah suatu bentuk yang permanen, baik untuk ruangan didalam
maupun diluar, antara lain gymnasium, kolam renang, lapangan-lapangan
permainan dan sebagainya. Menurut Soepartonoyang dikutip oleh Saryono
(2000), sarana prasarana pendidikan jasmani. Sarana adalah segala sesuatu
yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapi maksud dan tujuan. Sedangkan
prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama
terselenggaranya suatu proses.

Sedangkan Agus S. Suryobroto (2004), menyatakan bahwa prasarana atau
perkakasa adalah sesuatu yang diperlukan dalam pembelajaran pendidikan
jasmani. Mudah dipindah tetapi berat aau sulit. Prasarana antara lain adalah
matras, peti, meja, tenis meja, dll. Perkakas ini idealnya tidak dipindah-
pindahkan, agar tidak mudah rusak, kecuali kalau memang tempatnya terbatas
sehingga harus selalu bongkar pasang.

Menurut Agus S. Suryobroto (2004), prasarana atau fasilitas adalah segala
sesuatu yang diperlukan dalam pembelajaran penjas, bersifat permanen atau
tidak dapat dipindah-pindahkan. Fasilitas antara lain: lapangan (sepakbola,
bolavoli, bolabasket, kasti, tenis lapangan). Fasilitas harus memenuhi standar
minimal untuk pembelajaran, antara lain ukuran sesuai dengan kebutuhan,
bersih, terang, pergantian udara lancar, dan tidak membahayakan
penggunaannya. Dijelaskan juga oleh Agus S. Suryobroto (2004), dalam hal
pengadaan sarana dan prasarana pendidikan jasmani ada dua hal yaitu membeli
dan membuat, jika membeli maka perlunya persyaratan-persyaratan tertentu
antara lain: mudah didapat, perawatan mudah, harganya tidak terlalu mahal,
menarik, dan lain lain. Agar sarana dan prasarana pendidikan jasmani dapat
digunakan dengan layak dan awet, maka sangat perlunya perawatan yang baik
dan benar. Tidak semua sarana dan prasarana perawatannya sama, tergantung
dari bahan dan jenisnya, sebagai contoh: perawatan antara perkakas yang
terbuat dari kayu dan besi perawatannya berbeda. . Sekolah juga perlu menyediakan saran berupa peralatan diantaranya
adalah sebagai berikut : Matras / kasur – kasuran dari terpal / karung 1
x 2 meter

2. Tali untuk perorangan dan beregu
3. Macam – macam bola ( kasti, tennis bekas, tangan, sepak, bola karet,

bola voli, bola basket )
4. Tongkat lari sambung
5. Balok atau papan keseimbangan
6. Palang tunggal
7. Net voli
8. Gelang basket dan tiang basket
9. Tambang
10. Pengukur tinggi badan
11. Timbangan ( pengukur berat )
12. Snellen chart ( alat pemeriksa ketajaman penglihatan )
13. . Obat- obatan ringan
14. Alat – alat P3K
15. Ruang UKS serta perabotnya (sesuai dengan pebakuan sarana

sekolah)

Gambar 5.1 Sarana Olahraga
Pada intinya sarana adalah merupakan salah satu kebutuhan pokok
yang harus terpenuhi yang mudah dipindah atau dibawa dalam pembelajaran
pendidikan jasmani antara lain: bola, pemukul, tongkat, balok, bed, shuttlecock.
sedangkan prasarana adalah segala seauatu yang diperlukan dalam
pembelajaran pendidikan jasmani, mudah dipindah tetapi berat atau sulit antara lain: matras, peti lompat, kuda-kuda, palang tunggal, palang sejajar, palang
bertingkat, meja tenis meja.

Minimnya sarana pendidikan jasmani yang tidak menata serta tidak
sesuai dengan kondisi murid ini menuntut pendidikan jasmani harus lebih kreatif.
Guru pendidikan jasmani harus biasa memodifikasi pembelajaran dengan
memanfaatkan keterbatasan sarana pendidikan jasmani yang tersedia di
sekolah. Pengajaran yang menggunakan peralatan seadanya di sekolah
ataupun alat – alat yang dibuat guru pendidikan jasmani sendiri yang dimodifikasi
sesederhana mungkin selain bertujuan untuk menutupi kekuranaga saran yang
tersedia di sekolah selain itu saran yang di modifikasi juga bertujuan untuk
membuat siswa penasaran yang menimbulkan ketertarikan siswa untuk
mencobanya mengikuti proses pembelajaran pendidikan jasmani.
Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan
dari pendidikan secara keseluruhan, yang dalam pelaksanaannya
mengutamakan aktivitas jasmani. Pendidikan jasmani pada dasarnya
merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, bertujuan
untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, ketrampilan
berfikir secara kritis, stabilitas emosional, ketrampilan sosial, penalaran dan
tindakan moral melalui aktivitas jasmani dan olahraga. Menurut Wawan S.
Suherman (2004).

Berdasarkan definisi tersebut, saranana olahraga adalah segala fasilitas
pendukung untuk membantu kelancaran kegiatan pendidikan jasmani yang telah
direncanakan secara sistematis guna mencapai tujuan kegiatan jasmani.
Kegiatan pendidikan jasmani di sekolah adalah salah satu aktifitas gerak yang
melibatkan fisik, yang sebelumnya direncanakan secara sistematis guna
mencapai tujuan pembelajaran pendidikan jasmani harus didukung dengan
jumlah sarana yang memadai. Sarana yang memadai untuk melakukan proses
pembelajaran pendidikan jasmani sangat berperan dalam terciptanya dan
terselenggaranya kegiatan pendidikan jasmani di sekolah. Sarana pendidikan
jasmani yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani
dapat dikategorikan ke dalam dua jenis yaitu suatu tempat yang telah diatur
berdasarkan peraturan yang berlaku dalam masing–masing cabang olahraga.

Sedangkan yang kedua adalah bentuk perlengkapan atau kebutuhan
yang perlu dilengkapi sehingga kegiatan pembelajaran dapat berlangsung dengan baik. Kelengkapan lapangan seperti batas–batas lapangan dan isinya,
dan benda atau alat yang dapat dimainkan oleh tangan dan kaki. Berdasarkan
hal tersebut maka sarana pendidikan jasmani adalah sesuatu yang dapat
menunjang terselenggaranya kegiatan olahraga di sekolah.

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar tersedianya lapangan dan
bangsal adalah mutlak. Selain itu diperlukan peralatan untuk atletik, senam,
permainan, pendidikan kesehatan termasuk ruang UKS beserta perabotannya.
Bila sekolah tidak memiliki peralatan tersebut dianjurkan guru pendidikan
jasmani dan kesehatan dapat membuat peralatan sederhana yang diperlukan.
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa sarana adalah
peralatan ataupun alat-alat olahraga yang dipakai dan dimanfaatkan dalam
proses pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah, contohnya
bola basket, bola sepak, bola voli, matras, tongkat estafet dan lain-lain. Sarana
yang memadai dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani sangat berperan
penting dalam tercipta dan terselenggaranya kegiatan pembelajaran pendidikan
jasmani di sekolah yang berkesinambungan tanpa mengurangi tujuan yang telah
diprogramkan oleh pendidik.
E. Hakikat Prasarana

Prasarana atau perkakas adalah sesuatu yang diperlukan dalam
pembelajaran pendidikan jasmani. Mudah dipindah tetapi berat atau sulit.
Contoh: matras, peti lompat, kuda-kuda, palang tunggal, palang sejajar, palang
bertingkat, meja tenis meja, dll. Perkakas ini idealnya tidak dipindah-pindahkan
agar tidak mudah rusak kecuali kalau memang tempatnya terbatas sehingga
harus selalu bongkar pasang. Sedangkan menurut Soepartono 2000, “prasarana
berarti segala sesuatu yang merupakan penunjang terselenggaranya suatu
proses. Prasarana dalam olahraga diidentifikasikan sebagai sesuatu yang
mempermudah atau memperlancar tugas dan memiliki sifat yang relatif
permanen”. Suatu pertandingan-pertandingan olahraga yang diadakan sekolah-
sekolah masih belum berjalan dengan baik karena tidak tersedianya gedung
olahraga maupun lintasan atletik. Gedung olahraga merupakan prasarana
dengan fungsi serba guna yang secara berganti- ganti dapat digunakan untuk
pertandingan beberapa cabang olahraga.

Persyaratan sarana dan prasarana pendidikan jasmani antara lain:
aman, mudah dan murah, menarik, mamacu untuk bergerak, sesuai dengan kebutuhan, sesuai dengan tujuan, tidak mudah rusak, dan sesuai dengan
lingkungan. Tujuan diadakannya sarana dan prasarana adalah untuk
memberikan kemudahan dalam mencapai tujuan pendidikan jasmani dan
memungkinkan pelaksanaan program kegiatan belajar mengajar pendidikan
jasmani.

Definisi prasarana menurut W. J.S Purwadarminta (1976) menyatakan
bahwa prasarana atau perkakas adalah sesuatu yang digunakan untuk bekerja
atau mengerjakan sesuatu. Contoh: matras,meja tennis, bangku swedia, peti lompat.
Sedangkan menurut Agus S Suryobroto (2004) prasarana di bedakan menjadi dua
yaitu perkakas dan fasilitas. Perkakas adalah segala Dari uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa prasarana adalah segala sesuatu berupa benda yang sifatnya
semi permanen atau permanen membantu, mepermudah dibutuhkan, digunakan
sebagai penunjang, dan dapat memeperlancar proses pembelajaran pendidikan
jasmani. Sehingga menimbulkan adanya tuntutan bagi sekolah untuk mengadakan
sarana dan prasarana.
Ketentuan sarana dan prasaran menurut Agus S Suyobroto (2004 :16) adalah:

1. Aman
Merupakan sarat yang paling utama,yaitu saran dan prasarana penjas harus
terhindar dari unsur bahaya, missal: licin, roboh

2. Mudah dan murah
Sarana dan prasaran pendidikan jasmani mudah didapatkan, disiapkan,

diadakan dandan jika tidak mahal harganya, tetapi juga tidak mudah rusak.
3. Menarik

Sarana dan prasaran pendidikan jasmani dapat menarik perhatian siswa
sehingga siswa merasa senang dalam menggunakannya.
4. Memacu anak untuk bergerak
Dengan adanya sarana dan prasarana tersebut maka siswa akan lebih terpacu
untuk gerak.
5. Sesuai dengan kebutuhan
Dalam penyedian seharusnya disesuaikan dengan kebutuhan ataupun
penggunaanya. Siswa SD berbeda dengan siswa SMP, siswa SMA dan
seterusnya. Misal: bola SD harusnya lebih empuk dan ringan dibandingkan
dengan bola sepak untuk siswa SMP dan SMA. . Sesuai dengan tujuan
Jika sarana dan prasarana akan di gunakan untuk mengukur

keseimbangan maka akan berkaitan dengan lebar tumpuan dan tinggi
tumpuan
7. Tidak Mudah Rusak

Sarana dan prasarana tidak mudah rusak meskipun harganya murah.
8. Sesuai dengan Lingkungan.

Sarana dan prasarana pembelajaran pendidikan jasmani hendaknya
disesuaikan dengan situasi dan kondisi lingkungan sekolah. Misalnya sarana
dan prasarana yang cocok untuk lapangan lunak tetapi di gunakan untuk
lapangan keras, jelas hal ini tidak cocok.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana yang baik adalah
harus memenuhi ke-8 sarat untuk bisa di gunakan dalam pembelajaran.

Prasarana merupakan komponen penting bagi keberhasilan pembangunan
olahraga. Dengan prasarana yang memadai memungkinkan mayarakat berolahraga
dan bergerak leluasa, memberikan kesempatan berpartisipasi secara aktif dengan
penuh kegembiraan dan dapat membantu masyarakat memberikan pengetahuan,
sikap dan keterampilan gerak. Prasarana dan sarana yang memadai jumlah dan
jenisnya diasumsikan akan berperan banyak dalam pembelajaran pendidikan
jasmani. Tanpa tersedianya prasarana dan sarana yang memadai dapat mengurangi
derajat ketercapaian tujuan pembelajaran.

Menurut Harsuki (2003) penyiapan prasarana olahraga selalu dikaitkan dengan
kegiatan olahraga yang mempunyai sifat: a) Horisontal, dalam arti bersifat menyebar
atau meluas yang sesuai dengan konsep “Sport For All” atau dengan semboyan yang
kita miliki “Memasyarakatkan Olahraga dan Mengolahragakan Masyarakat” yang
tujuannya untuk kebugaran dan kesehatan b) Vertikal, dalam arti bersifat mengarah
keatas dengan tujuan mencapai prestasi tertinggi dalam cabang olahraga tertentu,
baik untuk tingkat daerah, nasional maupun internasional.

Selanjutnya dijelaskan pula bahwa guna memenuhi dua arah kegiatan
tersebut, kebutuhan prasarana olahraga perlu memperhatikan tiga faktor, yaitu:

a. Kuantitas. Guna menampung kegiatan pemassalan olahraga perlu prasarana
olahraga yang jumlahnya mencukupi sesuai dengan kebutuhan seperti yang
ditentukan didalam pedoman penyiapan prasarana. Tersebar secara merata di
seluruh wilayah. b. Kualitas. Guna menampung kegiatan olahraga prestasi, prasarana olahraga
yang disiapkan perlu memenuhi kualitas sesuai dengan syarat dan ketentuan
masing-masing cabang olahraga:
1) Memenuhi standar ukuran internasional
2) Kualitas bahan/ material yang dipakai harus memenuhi syarat
internasional

c. Dana. Untuk menunjang kedua faktor diatas, diperlukan dana yang cukup
sehingga dapat disiapkan prasarana yang mencukupi jumlahnya serta
kualitasnya memenuhi syarat.

Gambar 5.2 Prasarana Olahraga Lapangan Badminthon
Membangun fasilitas olahraga hendaknya disesuaikan dengan perkembangan
jaman. Selain kuantitas fasilitas olahraga yang diperbanyak, kualitas juga harus
ditingkatkan agar adanya keselarasan antara kuantitas dan kualitas fasilitas olahraga.
Kemudian pendanaan juga harus dirancang sedemikian rupa agar rencana
pembangunan fasilitas olahraga dapat 43 terlaksana secara terarah dan terprogram
dengan maksimal. Oleh karena itu perlu dikembangkang ketiga faktor diatas agar
fasilitas olahraga di Indonesia mampu mengikuti perkembangan jaman.
Pembangunan fasilitas olahraga merupakan sebuah keharusan agar dapat
mendukung proses pemassalan olahraga bagi masyarakat. Adanya sebuah
perencanaan yang baik serta sistem penyediaan yang maksimal harus 44 diiringi pula
dengan pola pemanfaatan yang tepat, karena jika salah dalam pola pemanfaatannya
maka akan berdampak negatif bagi perkembangan olahraga itu sendiri. Kesalahan
dalam pemanfaatan fasilitas olahraga misalnya dengan mengeluarkan kebijakan
untuk memberikan ijin penggunaan fasilitas olahraga seperti stadion sepakbola untuk kegiatan di luar olahraga misalnya untuk kampanye atau hiburan. Kebijakan seperti
ini tidak baik bagi kelangsungan fasilitas olahraga karena fasilitas yang digunakan
tersebut bisa rusak bahkan beralih fungsi.

Salah satu tujuan disediakannya fasilitas olahraga yaitu agar dapat
dimanfaatkan oleh semua kalangan sehingga menunjang perkembangan olahraga di
suatu wilayah namun harus tetap memperhatikan prosedurprosedur dalam
pemanfaatannya. Konsumen fasilitas olahraga adalah pelaku olahraga itu sendiri,
mulai dari pelaku olahraga prestasi, olahraga rekreasi sampai olahraga pendidikan.
Pola pemanfaatan setiap ruang lingkup olahraga berbeda tergantung dari hakekat dan
tujuan masing-masing namun dengan satu harapan bahwa olahraga dapat
memasyarakat dan menjadi pola hidup bagi setiap orang.

1) Pemanfaatan Fasilitas
Olahraga Prestasi Olahraga prestasi yang cenderung menitik beratkan pada
pencapaian prestasi yang setinggi-tingginya membutuhkan fasilitas dengan
kualitas yang baik pada setiap cabang olahraga yang ada sehingga dapat
menunjang pencapaian prestasi cabang olahraga tersebut. Fasilitas olahraga
prestasi lebih dikhususkan untuk prestasi, dalam artian bukan untuk fasilitas
yang bisa diakses secara umum karena jika fasilitas tersebut salah dalam
penggunaannya maka fasilitas tersebut akan menjadi rusak, sehingga tidak
semua orang bisa mengakses fasilitas olahraga prestasi kecuali mereka yang
berkecimpung di olahraga prestasi.

2) Pemanfaatan Fasilitas
Olahraga Rekreasi Pemanfaatan fasilitas olahraga rekreasi memiliki keunikan
sendiri dimana fasilitas tersebut dirancang sedemikiannrupa dengan tujuan
agar mampu menarik minat masyarakat sebanyakbanyaknya sehingga mau
melakukan olahraga yang aktifitasnya dikemas dalam sebuah permainan atau
bersifat rekreasi. Untuk fasilitas olahraga rekreasi, semua orang memiliki
kesempatan yang besar untuk mengaksesnya dan semakin banyak
masyarakat yang memanfaatkannya maka semakin baik.

3) Pemanfaatan Fasilitas
Olahraga Pendidikan Pemanfaatan fasilitas olahraga pendidikan di sekolah
disesuaikan dengan tujuan dari pembelajaran. Dalam pemanfaatannya,
fasilitas tersebut bisa dimanfaatkan oleh siswa dan guru untuk mendukung
proses belajar mengajar. ) Pemanfaatan Fasilitas Olahraga bagi Masyarakat Umum
Untuk mendukung program memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan
masyarakat maka hal yang harus menjadi perhatian adalah tingkat kemudahan
bagi masyarakat untuk mengakses dan memanfaatkan fasilitas olahraga yang
ada. Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk menciptakan sebanyakbanyaknya
fasilitas olahraga dan dapat memfasilitasi masyarakat dalam berolahraga. Pola
pemanfaatannya harus mengedepankan kemudahan untuk mengakses tanpa
harus dipersulit dengan prosedur tertentu dan akan lebih baik lagi jika fasilitas
tersebut bisa diakses secara gratis oleh masyarakat. Contohnya yaitu sebuah
lapangan terbuka, alun-alun dan Car Free Day yang dapat menampung banyak
orang untuk beraktifitas olahraga.
Fasilitas olahraga adalah daya pendukung yang terdiri dari segala bentuk jenis

peralatan dan tempat berbentuk bangunan yang di gunakan dalam memenuhi
persyaratan yang di tetapkan untuk pelaksanaan program olahraga. Pengelolaan
olahraga dapat menjadi lahan bisnis dan menghasilkan keuntungan akan tetapi
keuntungan yang dapat diraih tergantung pada mutu fasilitas, produk, pertandingan
atau jasa yang dijual, memiliki daya tarik dan ditampilkan pada saat yang tepat dan
di tempat strategis
F. Standar sarana dan Prasarana

Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang
berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga,
tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain,
tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk
menunjanStandar sarana dan prasarana pendidikan telah ditetapkan oleh
kementrian pendidikan nasional nomor.24/2007 dari berbagai sarana sebagai
penunjang proses belajar mengajar. Standar sarana dan prasarana untuk
pendidikan jasmani yang tertuang dalam lampiran peraturan menteri pendidikan
naisonal nomor.24/2007 point ke-11 (untuk 64 sekolah dasar) point ke-14 (untuk
SMP) dan point ke-18 (untuk SMA) yang berisi tentang tempat bermain/ tempat
berolahraga.
Adapun uraian dari tempat bermain/tempat berolahraga menurut peraturan Menteri
Pendidikan Nacional nomor 24/2007 sebaga berikut: a) Tempat bermain/berolahraga berfungsi sebagai area bermain, berolahraga

pendidikan jasmani, upacara, dan kegiatan ekstrakurikuler.

b) Rasio mínimum luas tempat bermain/ berolahraga adalah 3 m2 /peserta

didik. Jika banyak peserta didik kurang dari 334 orang, maka luas mínimum

tempat bermain/ berolahraga adalah 1000 m2

c) Di dalam luasan tersebut terdapat tempat berolahraga berukuran mínimum

30 m x 20 m yang memiliki permukaan datar, drainase baik, dan terdapat

pohon saluran air, serta benda-benda lain yang mengganggu kegiatan

berolahraga.

d) Sebagian tempat bermain dinami pohon penghijauan.

e) Tempat bermain/ berolahraga diletakan ditempat yang paling sedikit

mengganggu proses pembelajaran di kelas.

f) Tempat bermain / berolahraga tidak digunakan untuk tempat parkir,

g) Tempat bermain/ berolahraga dilengkapi sarana sebagaimana tercantum

pada tabel

Tabel 5.1 saran dan olahraga

No Jenis Rasio Deskripsi
1 Peralatan Pendidikan 1 bh/sekolah
1.1 Tiang Bendera Tinggi sesuai ketentuan
2 bh/sekolah yang berlaku
1.2 Bendera 1 set/ sekolah Ukuran sesuai ketentuan
1 set/ sekolah yang berlaku
1.3 Peralatan bola voli 1 set/ sekolah Minimum 6 bola
1.4 Peralatan bola basket Minimum 6 bola
1.5 Peralatan sepak bola 1 set/ sekolah Minimum 6 bola
1.6 Peralatan senam Minimum mataras, peti
1 set/ sekolah loncat, tali loncat, simpai,
1.7 Peralatan Atletik 1 set/ sekolah bola plastic, tongkat
palang tunggal, gelang
1.8 Peralatan seni budaya 1 set/ sekolah Minimum lembing,
1 set/ sekolah cakram, peluru, tongkat,
1.9 Peralatan keterampilan estafet, bak loncat
Disesuaikan dengan
2 Perlengkapan lain potensi masing-masing
2.1 Pengeras suara Disesuaikan dengan
2.2 Tape recorder potensi masing-masing Diharapkan sekolah-sekolah menyediakan perlengkapan sarana dan
prasarana yang menunjang kegiatan pembelajaran pendidikan olahraga.

Rangkuman
sarana olahraga adalah sesuatu yang dapat digunakan atau dimanfaatkan

dalam pelaksanaan atau dimanfaatkan dalam pelaksanaan kegiatan olahraga atau
pendidikan jasmani. Sedangkan secara umum prasarana berarti segala sesuatu yang
merupakan penunjang yang mempermudah atau memperlancar proses pembelajaran
dan memiliki sifat yang relatif permanen. sarana atau alat adalah segala sesuatu yang
diperlukan dalam pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, yang
mudah dibawa, dan dapat dipindahkan oleh pelakunya atau siswa. Sedangkan
prasarana atau fasilitas adalah sesuatu yang diperlukan dalam pembelajaran
pendidikan jasmani, bersifat permanen atau tidak dapat di pindah-pindahkanSalah
satu sifat tersebut adalah susah dipindahkan. dalam pelaksanaan kegiatan olahraga
atau pendidikan jasmani. Sarana olahraga dapat dibedakan menjadi dua kelompok
yaitu :

1. Peralatan (apparatus)
2. Perlengkapan (device)
Secara umum prasarana berarti segala sesuatu yang merupakan penunjang
terselenggaranya suatu proses (usaha atau pembangunan).

LATIHAN

1. Apa yang dimaksudkan dengan sarana dan prasarana pendidikan jasmnai?
2. Sebutkan jenis-jenis sarana dan prasarana pendidikan jasmani?
3. Sarana olahraga dibagi menjadi dua sebut?

BAB VI MEDIA PEMBELAJARAN PENJAS

A. Media Pembelajaran Pendidikan Jasmani
Media adalah sarana untuk mentransfer atau menyampaikan pesan.

Suatu medium disebut sebagai media pendidikan ketika medium tersebut
mentransfer pesan dalam suatu proses pembelajaran. Penggunaan media
sangatlah penting, tidak mungkin mengkoordinasikan kegiatan pembelajaran
tanpa menggunakan media. Media bersifat fleksibel karena dapat digunakan
untuk semua tingkatan peserta didik dan di semua kegiatan pembelajaran.
Media pembelajaran juga dapat mendorong peserta didik untuk lebih
bertanggung jawab dan mengontrol pembelajaran mereka sendiri, dan
mengambil perspektif jangka panjang peserta didik tentang pembelajaran
mereka. Media pembelajaran dapat dideskripsikan sebagai media yang
memuat informasi atau pesan instruksional dan dapat digunakan dalam proses
pembelajaran. Media pembelajaran merupakan media yang menyampaikan
pesan atau informasi yang memuat maksud atau tujuan pembelajaran. Media
pembelajaran sangat penting untuk membantu peserta didik memperoleh
konsep baru, keterampilan dan kompetensi.

Proses pembelajaran harus disesuaikan dengan perkembangan
psikologis peserta didik pada berbagai tingkatan usia. Proses pembelajaran
akan lebih efektif dan berhasil jika pendidik mampu untuk menciptakan media
pembelajaran yang sesuai dengan materi dan jenjang usia peserta didik. Ada
banyak jenis media yang dapat digunakan oleh pendidik dalam proses belajar
mengajar, namun pendidik harus selektif dalam memilih jenis media tersebut.

Media pembelajaran pendidikan jasmani adalah alat atau sarana untuk
menyampaikan materi pendidikan jasmani sehingga siswa-siswa mengerti dan
mau melakukan kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani secara aktif dan
benar. Dengan menggunakan media atau alat bantu dalam pembelajaran
Pendidikan Jasmani di Sekolah diyakini akan membantu proses pembelajaran
yang lebih efektif dan efisien. Mengapa? Karena dengan pemikiran secara
logika untuk mengajari jumlah siswa kurang lebih 30 orang tanpa
menggunakan media atau alat bantu, sangat kecil kemungkinannya semua
siswanya dapat menangkap apa yang diajarkan guru. Dari kenyataan yang diamati terhadap pembelajaran Pendidikan
Jasmani tanpa menggunakan media, kebanyakan siswanya komplain dan
sebagai dampaknya adalah siswa lebih senang bermain–main dan bahkan
sama sekali tidak ikut dalam proses pembelajaran. Penggunaan media
atau alat bantu dalam proses pembelajaran sangat bermanfaat bukan
hanya untuk siswa saja melainkan bermanfaat juga bagi guru.

Kemp dan Dayton (1985) dalam buku karangan Dr. Soepartono “Media
Pembelajaran (2000: 15) juga mengatakan bahwa media itu sangat
bermanfaat dalam proses pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
a) Penyampaian materi dapat diseragamkan
b) Proses instruksional menjadi lebih menarik
c) Proses belajar siswa menjadi lebih interaktif
d) Jumlah waktu belajar mengajar dapat dikurangi
e) Kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan
f) Proses belajar dapat terjadi dimana saja dan kapan saja
g) Sikap positif siswa terhadap meteri belajar maupun tehadap proses

belajar itu sendiri dapat ditingkatkan
h) Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif dan produktif

Dalam pengadaan media atau alat bantu pembelajaran Pendidikan
Jasmani dapat dibuat dengan memanfaatkan bahanbahan bekas masyarakat.
Media pendidikan jasmani ialah segala sesuatu yang dapat mempermudah dan
memperlancar kegiatan pendidikan jasmani yang bersifat relatif permanen atau
susah untuk dipindah-pindahkan.

Secara garis besar media pendidikan jasmani terdiri dari dua macam,
yakni media yang ada di dalam ruangan (indoor media) dan yang ada di luar
ruangan (outdoor media). Contoh Indoor Media: Meliputi ruang serbaguna atau
hall/hale untuk kegiatan senam, bulutangkis, tenis meja, basket, voli, olahraga
beladiri, ruang ganti pakaian dengan tempat pakaianya, ruang mandi dan lain-
lain. Hanya sebagian kecil sekolah saja mempunyai ruangan serba guna, dan
sebagian besar lainnya bahkan tidak mempunyai ruangan untuk kegiatan
penjas. Walaupun ada, guru penjas akan menyulap ruangan kelas untuk
kegiatan penjas, itupun bila perlu sekali misalnya karena hujan sehingga tidak
dapat menggunakan fasilitas penjas yang ada di luar ruangan. Contoh Outdoor Media:
Banyak ragam dan manfaatnya. Mulai dari lapangan “olahraga

serbaguna”, sampai lahan lain yg dapat dimanfaatkan seperti: halaman, taman,
lorong lorong, kebun, parit, bukit yang semuanya ada di sekitar sekolah. Tidak
sedikit kegiatan pendidikan jasmani yang tidak dapat terlaksana dengan baik
karena hambatan fasilitas yang tidak memadai. Tapi ada banyak guru penjas
yang mengeluhkan hal ini, dan banyak pula akibatnya terhadap aktivitas
pembelajaran penjas. Misalnya kegiatan voli atau basket atau atletik atau bola
tangan tidak dapat dilaksanakan dengan alasan tidak mempunyai fasilitas
lapangan tersebut. Cara pandang seperti ini bisa dikatakan kurang tepat,
karena guru Pendidikan Jasmani adalah guru yang kreatif, smart dan memiliki
banyak ide-ide yang cemerlang.

Untuk bisa lebih difahami berikut contoh-contoh media pembelajaran
penjas sesuai dengan materi beberapa cabang olahraga:
1. Media Pembelajaran Senam

Senam Lantai (Flour Exercise) adalah satu bagian dari cabang Senam,
yang gerakan-gerakannya dilakukan di atas lantai (Matras) atau Permadani.
Senam ini disebut juga senam bebas karena Pesenam tidak menggunakan
alat bantu selain lantai (matras) dengan ukuran 12 x 12 meter atau
menggunakan matras dengan lebar 1 meter dan panjang sesuai kebutuhan
untuk menjaga keamanan. Peralatan senam Artistik ada 6 alat yang
digunakan :

Gambar 1. Senam Artistik Meja lompat adalah alat yang digunakan untuk pertandingan senam
artistik. Tidak seperti cabang perlombaan lainnya, meja lompat
dipertandingkan baik untuk kompetisi putra maupun putri, dengan sedikit
perbedaan di antara keduanya. Pesenam akan melakukan lari cepat di jalur
yang disediakan, dengan panjang maksimal 25 meter, sebelum melompat
ke spring board. Dengan memanfaatkan tolakan dari spring board,
pesenam mengarahkan tangannya ke meja lompat. Posisi tubuh dijaga
sementara melakukan tolakan (blok dari meja lompat hanya memanfaatkan
pergerakan bahu) dengan alat meja lompat.

Pesenam putra melakukan rangkaian gerakan pada sebuah permukaan
dengan ukuran 12 m x 12 m. Sejumlah rangkaian tumbling passes
dipertunjukkan untuk mendemonstrasikan fleksibilitas, kekuatan, dan
keseimbangan. Pesenam juga harus mempertontonkan keterampilan
dalam hal kekuatan, termasuk gerakan memutar, keseimbangan, dan
gerakan handstand. Senam lantai umumnya mempunyai 4 rangkain passes
dengan total waktu berkisar antara detik dan tanpa musik, tidak
seperti pada senam lantai putri. Peraturan yang berlaku meminta untuk
setiap pesenam menyentuh setiap sudut paling tidak satu kali selama
rangkaian gerakannya. Dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2. Senam Lantai
Senam ritmik adalah gerakan senam yang dilakukan dalam iringan irama
musik, atau latihan bebas yang dilakukan secara berirama. Dalam senam jenis ini,
biasanya menggunakan alat-alat tertentu untuk dipegang, misalnya bola, pita, tali,
hingga simpai dan gada. Aktivitas senam ritmik ini sangat mengutamakan adanya keserasian antara gerakan tubuh dengan irama musik, sehingga hasil geraknya akan
menjadi indah. Gerakan dalam senam ritmik dapat dilakukan secara perorangan,
berpasangan, hingga secara massal. Ketika mempraktikkan senam ritmik ini, suasana
harus riang dan gembira, sebab senam ini digunakan sebagai penyeimbang beban
yang muncul akibat rutinitas pembelajaran sehari-hari.

Gambar 3. Senam Ritmik
2. Media Pembelajaran Atletik

Untuk cabang atletik karena banyak sekali nomornya serta karakteristik
yang berbeda untuk setiap nomor, terutama nomor lapangan. Oleh karena
itu dalam menyediakan media pembelajarannya guru pendidikan jasmani
harus dapat menyediakan atau membuat media pembelajaran tersebut
sesuai situasi dan kondisi yang ada di sekolahnya. Contoh media
pembejaran pendidikan jasmani untuk cabang olahraga atletik.
Rangkaian gerak pada cabang olahraga atletik dapat dilihat pada gambar
dibawah ini:
a. Lari

Dalam dunia atletik yang berkaitan dengan lari dapat dibedakan menjadi
: Lari Halang Rintang / gawang . Untuk ukuran lintasan harus dibuat
sesuai ketentuan internasional yaitu lebar keseluruhan lintasan tidak
boleh melebihi 9,76 meter, dengan lebar masing masing lintasan selebar
1,22 meter. Di sini ada 4 buah lategori gawang yang digunakan yaitu :
(lebar gawang 1,20 meter ) meter lari gawang putri , tinggi gawang
83,7 sampai 84,3 sentimeter. 100 meter lari gawang putra, tinggi gawang
106,4 sampai 107 sentimeter meter lari gawang putri , tinggi
gawang 75,9 sampai 76,5 sentimeter meter lari gawang putra, tinggi gawang 91 sampai 91,7 sentimeter Lari Marathon, biasa
menggunakan jalan raya , dengan jarak kilometer. Lari sprint 100
meter, 200 meter, hingga 400 meter. Lari estafet panjang tongkat yang
menjadi alat atletik dan digunakan tak boleh melebihi 30 sentimeter, tak
kurang dari 28 sentimeter, berat harus 50 gram.

Gambar 4. Gerakan lari

b. Lompat Jauh

Media Pembelajaran merupakan salah satu jendela bagi kita bagai
mana caranya supaya anak didik kita mampu melaksanakan pembelajaran
dengan baik, tidak mudah jenuh, ceria dan mampu mencerna atau paham
setiap pengajaran yang diberikan oleh kita sebagai guru, khususnya media
pembelajaran olahraga (lompat jauh dalam cabang olahraga atletik). Untuk
itu, kita sebagai guru harus pandai- pandai membuat media pembelajaran
yang murah, meriah, simpel tapi mampu mencapai pembelajaran yang
optimal.

Lompat jauh adalah bentuk gerakan melompat mangangkat kaki ke atas
depan dalam upaya membawa titik berat badan selama mungkin di udara
atau melayang di udara yang dilakukan dengan cepat dan dengan jalan
melakukan tolakan pada satu kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-
jauhnya. Unsur utama lompat jauh dengan awalan adalah lari awalan/
ancang-ancang, bertolak, melayang di udara dan mendarat. Masingmasing
bagian itu memiliki gaya gerakannya sendiri yang menyumbangkan
pencapaian jarak lompatan. Gambar 5. Media Lompat jauh
c. Lempar

Lempar dalam atletik ada 3 yaitu : Lempar lembing – lembing untuk putra
panjang 260 cm, dengan berat 800 gr, dengan panjang balutan untuk
tangan selebar 16 sentimeter. Sedang untuk wanita panjang lembing 220
sentimeter, dengan berat 600 gr, dengan panjang balutan untuk tangan15
sentimeter. Lempar cakram – terbuat dari kayu, dilapisi karet dan berbentuk
lingkaran dengan bingkai logam . Untuk pria ukuran diameter 21,9
sentimeter, berat 2 kg. Sedangkan untuk putri ukuran diameter 18
sentimeter dengan berat 1 kg.

Gambar 6.Media Lempar Lembing
d. Tolak Peluru

Menggunakan alat atletik berbentuk bulatan yang terbuat dari besi dan
kuningan, berbentuk bulat dengan untuk putra 7,257 gr, sedangkan untuk
putri hanya seberat 4 kg. Gambar 7.Media Tolak Peluru
3. Media Pembelajaran Permainan

Di bawah ini diperlihatkan beberapa contoh media pembelajaran
permainan yaitu untuk permainan bola basket.

Gambar 8. Media Permianan Bola Basket
Dengan melihat terlebih dahulu gambar-gambar tersebut melalui
media yang ditempel di dalam kelas, atau di pasang di lapangan, diharapkan
siswa mempunyai gambaran tentang apa yang harus ia lakukan nanti Oleh
karena itu pengadaan media pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah
dirasakan perlu, sebab hal tersebut akan membantu guru maupun siswa
dalam persiapan maupun pelaksanaan PBM pendidikan jasmani. Apalagi bila
media yang disediakan, berupa media pembelajaran yang lebih canggih,
sehingga kegiatan apapun yang akan, sedang maupun yang sudah dilakukan
bisa direview ulang sebagai umpan balik untuk kegiatan selanjutnya.
Pendidikan jasmani adalah suatu proses aktivitas jasmani yang dirancang dan
disusun secara sistematis untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan fisik, meningkatkan kemampuan dan keterampilan,
kecerdasan serta pembentukan watak bagi setiap warga negara, yang
dilakukan oleh lembaga pendidikan.

Lingkungan tempat tinggal mereka yang semakin sempit, apalagi
fasilitas ruang publik yang semakin terbatas, ditambah lagi dengan
masuknya teknologi modern yang membatasi waktu mereka untuk
bergerak. Mungkin masih banyak penyebab lain yang membatasi mereka
untuk bergerak dengan leluasa atau bahkan mereka kurang mempu nyai
waktu luang. Ini semua akan mengakibatkan anak-anak menjadi kurang
gerak. Anak-anak memerlukan banyak gerak dan mereka juga memerlukan
fasilitas untuk bergerak tersebut. Kita harus sadar bahwa mereka saat ini
mungkin kurang kaya akan pengalaman gerak terutama di lingkungan kota
atau lingkungan yang padat penduduk.

Untuk melaksanakan proses aktivitas jasmani tersebut sudah barang
tentu menuntut adanya kelengkapan media dan alat bantu pembelajaran.
Karena tanpa adanya dukungan media dan alat bantu tersebut, maka
proses pembelajaran pendidikan jasmani akan sia-sia belaka. Secara jujur
kita sering melihat aktivitas para siswa di saat istirahat. Ada yang
melakukan semacam kegiatan permainan sepak bola walaupun tidak
menggunakan bola sepak, atau bentuk permainan lain, atau hanya sekedar
kejar-kejaran dan lain sebagainya. Mereka melakukannya dengan ceria
dengan aturan yang mereka sepakati sendiri.

Tidak dapat dipungkiri bahwa ketersediaan media pembelajaran
pendidikan jasmani di sekolah-sekolah pada umumnya kurang memadai
untuk terselenggaranya proses pembelajaran pendidikan jasmani secara
optimal. Ketersediaan media dan alat bantu pembelajaran pendidikan
jasmani yang dimiliki oleh tiap-tiap sekolah berpengaruh langsung terhadap
kemampuan guru-guru pendidikan jasmani dalam mengelola proses
pembelajaran tersebut. Inovasi dan kreativitas para guru pendidikan
jasmani sangat dituntut untuk mengantisipasi keadaan seperti itu.
Pengembangan Media Pengajaran Pendidikan Jasmani yang dipaparkan
pada buku ini diharapkan bisa menambah wawasan dan berbagi
pengalaman, atau mungkin juga sebagai penyegaran bagi para guru
pendidikan jasmani dalam melaksanakan tugasnya. . Media Pembelajaran Renang
Renang adalah salah satu materi pembelajaran aquatik, maka tak heran

renang termasuk ke dalam cabang olah raga yang wajib diberikan dan
diajarkan disekolah. Gerakan-gerakan dalam renang melibatkan semua otot
tubuh, oleh sebab itu renang dapat menyehatkan serta meyegarkan tubuh.
Tak hanya sebagai kegiatan olah raga, renang juga dapat dijadikan
alternatif untuk bersenangsenang, walau bagai manapun juga bermain air
memang asik, tak hanya untuk anak-anak, bagi orang dewasapun juga
senang berenang. Untuk bisa berenang harus disertai dengan usaha yang
lumayan besar. Terutama bagi orang yang sangat takut dengan air.

Gambar 9. Media Pembelajaran Renang
Tak mudah memang mengayunkan tangan dan menggerakkan badan tanpa
harus tenggelam. Namun jika anda gigih untuk berlatih dan mau menpelajari
hal-hal baru maka tidak mustahil anda bisa berenang bahkan dengan teknik
dan gaya yang berbeda-beda.
5. Media Pembelajaran Sepak Bola

 Lapangan dan Gawang

Panjang dari garis samping harus lebih besar dari panjang garis gawang,
Panjang (garis samping) : minimal 90m (100 yard) maksimal 120m (130
yard), Lebar (garis gawang) : minimal 45m (50 yard) maksimal 90m (100
yard) semua garis harus mempunyai lebar yang sama dan tidak boleh
lebih lebar dari 12 cm (5 inci). Gambar 10. Lapngan Sepak Bola
Setiap pemain harus mengenakan kaus, celana pendek, kaus kaki,
pelindung tulang kering, dan sepatu yang sesuai, baik sepatu sepak bola
maupun sepatu atletik luar ruangan. Pelindung tulang kering wajib
digunakan saat pertandingan dalam sebuah kompetisi dan sangat
dianjurkan untuk semua pertandingan atau latihan untuk mencegah
cedera. Model yang dianjurkan adalah yang memiliki perlindungan tulang
kering dari arah depan, penyangga, dan pelindung pergelangan kaki,
dengan tali pengikat Velcro.

Model ini memberikan perlindungan maksimal pada daerah kaki yang
rentan terhadap cedera. Model pelindung tulang kering lain memberikan
perlindungan yang agak kurang tetapi menurut beberapa pemain,
pelindung tersebut terasa lebih nyaman untuk mengontrol dan mengolah
bola. Kaus kaki hendaknya menutupi seluruh pelindung tulang kering.

 Perlengkapan Pemain Sepak Bola

Gambar 11. Perlengkapan pemain Bola

84
 Bola

Bola sepak dijual dengan berbagai merek, yang sering sama
dengan merek sepatu dan pakaiannya. Bola sepak dibuat dari bahan
kulit berkualitas tinggi, tetapi kebanyakan orang menggunakan bola
yang dibuat dari bahan sintetis yang lebih murah. Bola sepak memiliki
ukuran 3, 4, dan 5. Bola ukuran 5 digunakan untuk usia 12 ke atas.
Bola ukuran 3 dan 4 lebih kecil dan lebih sesuai untuk pemain anak –
anak

Gambar 11. Media Pembelajaran Sepak Bola
 Sepatu

Sepatu sepak bola dirancang secara khusus untuk kondisi luar ruangan
yang biasanya dialami di lapangan sepak bola. Sepatu seperti ini
memberikan daya cengkeram dan kontrol yang tinggi dibandingkan
dengan sepatu lari atau sepatu olahraga biasa. Kunci untuk sepatu
sepak bola adalah pas di kaki. Sepatu yang baik hendaknya bisa pas
seperti sarung tangan. Sepasang sarung tangan khusus untuk penjaga
gawang memberikan bantalan dan meningkatkan daya cengkeram.

Gambar 11. Sepatu Sepak Bol

85

Rangkuman
Penggunaan media sangatlah penting, tidak mungkin mengkoordinasikan

kegiatan pembelajaran tanpa menggunakan media. Media bersifat fleksibel karena
dapat digunakan untuk semua tingkatan peserta didik dan di semua kegiatan
pembelajaran. Media pembelajaran juga dapat mendorong peserta didik untuk lebih
bertanggung jawab dan mengontrol pembelajaran mereka sendiri, dan mengambil
perspektif jangka panjang peserta didik tentang pembelajaran mereka. Proses
pembelajaran harus disesuaikan dengan perkembangan psikologis peserta didik pada
berbagai tingkatan usia. Proses pembelajaran akan lebih efektif dan berhasil jika
pendidik mampu untuk menciptakan media pembelajaran yang sesuai dengan materi
dan jenjang usia peserta didik. Ada banyak jenis media yang dapat digunakan oleh
pendidik dalam proses belajar mengajar, namun pendidik harus selektif dalam memilih
jenis media tersebut. Contoh Indoor Media: Meliputi ruang serbaguna atau hall/hale
untuk kegiatan senam, bulutangkis, tenis meja, basket, voli, olahraga beladiri, ruang
ganti pakaian dengan tempat pakaianya, ruang mandi dan lain-lain.
olahraga serbaguna”, sampai lahan lain yg dapat dimanfaatkan seperti: halaman,
taman, lorong lorong, kebun, parit, bukit yang semuanya ada di sekitar sekolah. Tidak
sedikit kegiatan pendidikan jasmani yang tidak dapat terlaksana dengan baik karena
hambatan fasilitas yang tidak memadai.

LATIHAN

1. Apa yang dimaksudkan Media pembelajaran pendidikan jasmani ?
2. Apa yang anda ketahui tentang media pembelajaran penjas pada olaharag

senam?
3. Sebutkan apa saya media yang dibutuhkan dalam pembalajarn olahraga

permainan?
4. Apabila proses pembelajaran lebih efektif dan berhasil maka apa yang harus

dilakukan oleh guru?

BAB VII MODIFIKASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI
A. Pendahuluan

Modifikasi pembelajaran pendidikan jasmani menjadi hal yang penting untuk
diketahui oleh para guru pendidikan jasmani disetiap jenjang pendidikan, yang
dimulai dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan
Sekolah Menengah Atas (SMA). Diharapkan dengan guru penjas dapat
menjelaskan mengenai konsep dan pengertian modifikasi, menyebutkan apa
yang dimodifikasi dan bagaimana cara memodifikasinya, menyebutkan dan
menerangkan beberapa aspek analisis modifikasi maka pembelajaran dapat
berjalan dengan lebih aktif, efektif dan efisien.

Pelaksanaan program pendidikan jasmani di sekolah hendaknya
mencerminkan karakteristik program pendidikan jasmani itu sendiri, yaitu
mengedepankan prinsip “Developentally Appropriate Practice” (DAP). DAP
Artinya bahwa tugas ajar/gerak yang disampaikan harus memerhatikan
perubahan kemampuan atau kondisi anak, dan dapat membantu mendorong
kearah perubahan tersebut. Dengan demikian maka dalam belajar gerak atau
belajar melalui gerakan harus disesuaikan dengan pertumbuhan dan
perkembangan anak/peserta didik. Perkembangan atau kematangan yang
dimaksud mencakup fisik, psikis maupun keterampilannya.

Berdasarkan inti dari pembelajaran pendidikan jasmani yang berfokus pada
prinsip Development Appropriate Practice (DAP) maka, dalam pelaksanaan
program pembelajaran penjas perlu adanya modifikasi pembelajaran. Modifikasi
pembelajaran bertujuan untuk mempermudah siswa belajar menguasai
keterampilan gerak, membuat siswa merasa senang selama mengikuti
pembelajaran dan membantu mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan oleh
guru. Modifikasi pembelajaran yang dapat dilakukan oleh guru meliputi modifikasi
materi pembelajaran, modifikasi peralatan pembelajaran, modifikasi sarana
pembelajaran, modifikasi aturan pembelajaran dan sebagainya. Salah satu
modifikasi permainan dan sarana pembelajaran yang dapat digunakan dalam
pemeblajaran penjas di sekolah, khusunya di SMP dan SMA yaitu modifikasi
permainan VOBAS. Dalam permainan Vobas terdapat unsur modifikasi
peralatan, lapangan dan jenis serta peraturan permainan sehingga dapat
membantu guru untuk mendesain pembelajran dengan lebih menarik. Development Appropriate Practice (DAP). Artinya “bahwa tugas ajar yang
disampaikan harus memerhatikan perubahan kemampuan atau kondisi anak,
dan dapat membantu mendorong kearah perubahan tersebut”. Dengan demikian
tugas ajar tersebut harus sesuai dengan tingkat perkembangan dan tingkat
kematangan anak didik yang diajarnya. Perkembangan atau kematangan yang
dimaksud mencakup fisik, psikis maupun keterampilannya. Development
Appropriate Practice” (DAP). Artinya “bahwa tugas ajar yang disampaikan harus
memerhatikan perubahan kemampuan atau kondisi anak, dan dapat membantu
mendorong kearah perubahan tersebut”. Dengan demikian tugas ajar tersebut
harus sesuai dengan tingkat perkembangan dan tingkat kematangan anak didik
yang diajarnya. Perkembangan atau kematangan yang dimaksud mencakup fisik,
psikis maupun keterampilannya.

 Pernahkah anda membayangkan apakah kita mampu mengakomodasi setiap

perubahan dan perbedaan karakteristik siswa melalui tugas ajar yang kita
berikan ?

 Apakah keadaan media pembelajaran yang dimiliki sekolah anda bias

memfasilitasi

 aktivitas pembelajaran pendidikan jasmani secara optimal ?
 Perlukah kita mengadakan perubahan, penataan atau mengembangkan

kemampuan daya dukung pendidikan jasmani di sekolah kita ?

 Upaya apa yang bias kita lakukan agar proses pembelajaran pendidikan

jasmani

 tersebut bisa memberikan hasil yang lebih baik ?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut mungkin sering muncul manakala kita
merenungi tugas kita sebagai seorang guru pendidikan jasmani yang cukup
berat.
B. Konsep Modifikasi

Setiap pembelajaran yang di dalamnya memiliki materi pembelajaran, akan
selalu berkembang dari waktu ke waktu. Proses perkembangan tersebut akan
selalu membutuhkan inovasi dan modifikasi sebagai penunjang kesuksesan
proses pembelajaran. Pembelajaran penjas yang merupakan pembelajaran
dengan menggunakan aktifitas fisik dan praktik langsung di lapangan juga
memerlukan adanya modifikasi. Modifikasi secara umum dapat diartikan sebagai usaha untuk mengubah atau
menyesuaikan. Namun secara khusus modifikasi adalah suatu upaya yang
dilakukan untuk menciptakan dan menampilkan sesuatu hal yang baru, unik, dan
menarik tanpa menghilangkan unsur-unsur pokok dari apa yang dimodifikasi.
Oleh karena itu Modifikasi merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan
oleh para guru agar proses pembelajaran dapat mencerminkan DAP. Esensi
modifikasi adalah menganalisis sekaligus mengembangkan materi pelajaran
dengan cara meruntunkannya dalam bentuk aktivitas belajar yang potensial
sehingga dapat memperlancar siswa dalam belajarnya.

Modifikasi juga tidak terfokus pada satu arah saja, tetapi ada modifikasi
modifikasi tujuan pembelajaran, modifikasi materi pembelajaran, modifikasi
kondisi lingkungan pembelajaran dan modifikasi evaluasi pembelajaran. Oleh
karena itu dalam melakukan modifikasi pembelajaran penjas, guru harus
memperhatikan prinsip modifikasi, sehingga proses pembelajaran tetap dapat
diikuti siswa karena sesuai dengan perkembangan kemampuan motorik siswa.

Apabila guru telah mengetahui karakteristik materi dalam pendidikan
jasmani, maka proses modifikasi dapat berjalan secara efektif. Guru melakukan
modifikasi dalam pembelajaran tentunya mempunyai tujuan yang ingin dicapai.
Secara umum tujuan yang ingin dicapai oleh guru dengan melakukan modifikasi
pembelajaran, terutama pembelajaran olahraga permainan yaitu untuk
mengefektifkan waktu pembelajaran, untuk menanggulangi minimnya
perlengkapan dan peralatan pembelajaran serta mempermudah siswa untuk
memahami proses belajar gerak yang diajarkan guru (Agustan et al., 2020; Budi,
2015).

Modifikasi pembelajaran dapat dikaitkan pula dengan tujuan pembelajaran,
dari mulai tujuan yang paling rendah sampai dengan tujuan yang paling tinggi.
Modifikasi tujuan pembelajaran ini dapat dilakukan dengan cara membagi tujuan
pembelajaran ke dalam tiga komponen yakni: tujuan perluasan, tujuan
penghalusan dan tujuan penerapan. Pertama adalah tujuan perluasan
maksudnya adalah tujuan pembelajaran yang lebih menekankan pada perolehan
pengetahuan dan kemampuan melakukan bentuk atau wujud keterampilan yang
dipelajarinya tanpa memperhatikan aspek efisiensi atau efektifitasnya. Kedua
adalah tujuan penghalusan maksudnya adalah tujuan pembelajaran yang lebih menekankan pada perolehan pengetahuan dan kemampuan melakukan gerak
secara efisien. Ketiga adalah tujuan penerapan maksudnya tujuan pembelajaran
yang lebih menekankan pada perolehan pengetahuan dan kemampuan tentang
efektif tidaknya gerakan yang dilakukan melalui kriteria tertentu sesuai dengan
tingkat kemampuan siswa. Dengan pola modifikasi tersebut maka, diharapkan
dapat mempermudah siswa untuk belajar gerak dan belajar melalui gerakan
dalam pembelajaran penjas. Apabila siswa dapat belajar dengan baik maka
siswa dapat meningkatkan komponen keterampilan gerak, kebugaran dan
kerjasama untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan dalam dirinya

Cara ini dimaksudkan untuk menuntun, mengarahkan, dan membelajarkan
siswa yang tadinya tidak bisa menjadi bisa, yang tadinya kurang terampil menjadi
lebih terampil. Cara-cara guru memodifikasi pembelajaran akan tercermin dari
aktivitas pembelajarannya yang diberikan guru mulai awal hingga akhir pelajaran.
Selanjutnya guru-guru pendidikan jasmani juga harus mengetahui apa saja yang
bisa dan harus dimodifikasi serta tahu bagaimana cara memodifikasinya. Oleh
karena itu, pertanyaanpertanyaan berikut harus dipahami dengan sebaik-
baiknya.
1. Apa yang dimodifikasi

Beberapa aspek analisis modifikasi ini tidak terlepas dari pengetahuan guru
tentang tujuan, karakteristik materi, kondisi lingkungan, dan evaluasinya.
Disamping pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang tujuan,
karakteristik, materi, kondisi lingkungan, dan evaluasi, keadaan sarana,
prasarana dan media pengajaran pendidikan jasmani yang dimiliki oleh
sekolah akan mewarnai kegiatan pembelajaran itu sendiri. Dalam
melaksanakan tugasnya sehari-hari yang paling dirasakan oleh para guru
pendidikan jasmani adalah hal-hal yang berkaitan dengan sarana serta
prasarana pendidikan jasmani yang merupakan media pembelajaran
pendidikan jasmani sangat diperlukan.

Minimnya sarana dan prasarana pendidikan jasmani yang dimiliki
sekolah-sekolah, menuntut seorang guru pendidikan jasmani untuk lebih
kreatif dalam memberdayakan dan mengoptimalkan penggunaan sarana dan
prasarana yang ada. Seorang guru pendidikan jasmani yang kreatif akan
mampu menciptakan sesuatu yang baru, atau memodifikasi yang sudah ada
tetapi disajikan dengan cara yang semenarik mungkin, sehingga anak didik akan merasa senang mengikuti pelajaran penjas yang diberikan. Banyak hal-
hal sederhana yang dapat dilakukan oleh guru pendidikan jasmani untuk
kelancaran jalannya pendidikan jasmani. Guru pendidikan jasmani di
lapangan tahu dan sadar akan kemampuannya. Namun apakah mereka
memiliki keberanian untuk melakukan perubahan atau pengembangan-
pengembangan keaarah itu dengan melakukan modifikasi

Seperti halnya halaman sekolah, taman, ruangan kosong, parit, selokan
dan sebagainya yang ada dilingkungan sekolah, sebenarnya dapat
direkayasa dan dimanfaatkan untuk kegiatan pembelajaran pendidikan
jasmani. Dengan melakukan modifikasi sarana maupun prasarana, tidak akan
mengurangi aktivitas siswa dalam melaksanakan pelajaran pendidikan
jasmani. Bahkan sebaliknya, karena siswa bisa difasilitasi untuk lebih banyak
bergerak, melalui pendekatan bermain dalam suasana riang gembira. Jangan
lupa bahwa kata kunci pendidikan jasmani adalah Bermain – bergerak – ceria
2. Mengapa dimodifikasihkan?
Modifikasi dalam mata pelajaran pendidikan jasmani dikatakan oleh Lutan
(1988) diperlukan, dengan tujuan agar :

b. Siswa memperoleh kepuasan dalam mengikuti pelajaran
c. Meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam berpartisipasi
d. Siswa dapat melakukan pola gerak secara benar. Pendekatan

modifikasi ini dimaksudkan agar materi yang ada dalam kurikulum dapat
disajikan sesuai dengan tahap-tahap perkembangan kognitif, afektif dan
psikomotorik anak. Menurut Aussie (1996), pengembangan modifikasi
di Australia dilakukan dengan pertimbangan :

1) Anak-anak belum memiliki kematangan fisik dan emosional
seperti orang dewasa;

2) Berolahraga dengan peralatan dan peraturan yang dimodifikasi
akan mengurangi cedera pada anak;

3) Olahraga yang dimodifikasi akan mampu mengembangkan
keterampilan anak lebih cepat dibanding dengan peralatan
standar untuk orang dewasa, dan

4) Olahraga yang dimodifikasi menumbuhkan kegembiraan dan
kesenangan pada anak-anak dalam situasi kompetitif. Dari
pendapat tersebut dapat diartikan bahwa pendekatan modifikasi dapat digunakan sebagai suatu alternatif dalam pembelajaran
pendidikan jasmani, oleh karenanya pendekatan ini
mempertimbangkan tahap-tahap perkembangan dan
karakteristik anak, sehingga anak akan mengikuti pelajaran
pendidikan jasmani dengan senang dan gembira.
Dari penjelasan yang dijelaskan diatas dapat disimpulkan:
a) Guru harus kreatif, cerdas dalam memilih, memodifikasi,
membentuk media pembelajaran atau pola pembelajaran
sehingga mempermudah dalam proses pembelajaran sesuai
dengan tujuan pendidikan jasmani,
b) Anak–anak lebih mudah mengerti dan memahami materi yang
disampaikan oleh guru penjas
c) Dengan modifikasi media pembelajaran bisa meminimalisir
terjadinya kecelakaan atau cedera pada anak didik.
d) Dengan modifikasi media pembelajaran, guru tetap bisa
memberikan materi pembelajaran disituasi cuaca dilapangan yang
tidak memungkinkan dilaksanakan pembelajaran pendidikan
jasman
Dengan melakukan modifikasi, guru pendidikan jasmani akan lebih
mudah menyajikan materi pelajaran yang sulit menjadi lebih mudah dan
disederhanakan tanpa harus takut kehilangan makna dan apa yang akan
diberikan. Anak akan lebih banyak bergerak dalam berbagai situasi dan
kondisi yang dimodifikasi. Dari uraian singkat tersebut dapat disimpulkan
bahwa:
a) Pertama, guru-guru penjas harus mempunyai pengetahuan
tentang apa saja yang bisa dan harus dimodifikasi dalam
pembelajaran penjas.
b) Kedua, guru penjas harus tahu pula alasan-alasan mengapa
harus dilakukan modifikasi.
3. Jenis-jenis Modifikasi
a. Modifikasi Pengaturan giliran
Pengaturan giliran adalah mempraktekan gerakan yang akan
berpengaruh terhadap kecepatan peningkatan penguasaan gerakan.
Kepada semua pelajar perlu diberikan kesempatan yang cukup secara merata jangan sampai ada yang memperoleh giliran terlalu berlebihan dan
ada yang terlalu kurang. Kadang-kadang ada siswa yang terlalu
bersemangat dan ada yang terlalu pasif. Dalam hal macam itu, pelatih
perlu mengendalikannya dan memodifikasinya. Kepada yang terlalu
bersemangat diarahkan agas bisa mengatur pemanfaatan tenaganya
secara efisien tanpa menjadikan semangatnya menurun, sedangkan yang
terlalu pasif perlu diberi motivasi agar mau berlatih.

Pengaturan giliran erat kaitannya dengan pengaturan beban belajar
atau beban latihan. Dalam hal ini ada 2 model modifikasi pengaturan
giliran, yaitu :
1. Distributed condition adalah prinsip modifikasi pengaturan giliran

mempraktikan gerakan di mana diadakan pengaturan waktu untuk
praktik dan waktu untuk istirahat secara berselang seling.
2. Massed condition adalah prinsip modifikasi pengaturan giliran
mepraktikan gerakan dimana pelajar harus mempraktikan gerakan
secara terus menerus tanpa diselingi istirahat.
Sebagai model pengaturan giliran praktik yang tujuannya untuk
menguasai gerakan keterampilan. Model distributed condition lebih efektif
dibanding model massed condition. Atau menggabungkan keduanya agar
lebih menarik dengan melihat situasi dan kondisi siswa, suasana belajar,
dan kemampuan siswa.
b. Modifikasi Beban Belajar Meningkat
Pengaturan modifikasi peningkatan beban belajar gerak dapat
diwujudkan dalam bentuk pengaturan materi belajar :
 Dimulai dari yang mudah ke yang sukar.
 Dimulai dari yang sederhana ke yang kompleks.
 Dimulai dari gerakan yang kurang memerlukan tenaga ke yang

lebih banyak memerlukan tenaga.
c. Modifikasi alat pembelajaran

Alat-alat pembelajaran dimodifikasi agar mudah digunakan oleh
siswa dan membuatnya menjadi lebih aman dan praktis, dengan prinsip
pembuatan modifikasi alat tersebut mengarah pada tujuan pembelajaran.
Sebagai contoh: Pembuatan alat bantu pembelajaran atletik yang
dimodifikasi untuk nomor-nomor lompat dan lempar. Pembuatan bola berekor yang menggunakan bola gasti dan tali, dengan berat dan ukuran
yang disesuaikan. Begitu banyak alat-alat pembelajaran pendidikan
jasmani yang bisa dibuat dengan memanfaatkan bahan-bahan disekeliling
kita, oleh karena itu guru penjas harus lebih kreatif dan inovatif dalam hal
tersebut, contohnya: kotak kardus mie, galon air, paralon kertas yang
biasa digunakan pedagang untuk menggulung tikar, bambu, tali-tali
plastik, karet gelang, ember dan lain-lain.
C Aspek Analisa Modifikasi
Seperti sudah disinggung sebelumnya bahwa beberapa aspek analisa
modifikasi, tidak terlepas dari pengetahuan guru tentang: tujuan, karakteristik
materi, kondisi lingkungan dan evaluasinya. Untuk itu mari kita coba bahas satu
persatu hal-hal yang berkaitan dengan analisa modifikasi tersebut. Modifikasi
tujuan pembelajaran Modifikasi pembelajaran bila dikaitkan dengan tujuan
pembelajaran, dimulai tujuan yang paling rendah sampai dengan tujuan yang
paling tinggi. Modifikasi tujuan pembelajaran ini dapat dilakukan dengan cara
membagi tujuan materi ke dalam tiga komponen, yakni: tujuan perluasan, tujuan
penghalusan dan tujuan penerapan.
1. Tujuan perluasan. Maksudnya adalah tujuan pembelajaran yang lebih
menekankan pada perolehan pengetahuan dan kemampuan melakukan
bentuk atau wujud keterampilan yang dipelajarinya tanpa memperhatikan
aspek efisiensi atau efektifitasnya. Misalnya : siswa dapat mengetahui dan
melakukan gerakan melompat dalam lompat jauh. Tujuannya lebih banyak
menekankan agar siswa mengetahui esensi lompat melalui peragaan. Dalam
kasus ini peragaan tidak mempermasalahkan apakah lompat itu sudah
dilakukan secara efektif, efisien atau belum, yang penting adalah siswa dapat
melakukan peragaan berbagai bentuk gerakan melompat dengan ataupun
tanpa alat bantu yang pada akhirnya siswa mengetahui esensi wujud lompat
dalam cabang olahraga atletik.
2. Tujuan penghalusan. Maksudnya adalah tujuan pembelajaran yang lebih
menekankan pada perolehan pengetahuan dan kemampuan melakukan gerak
secara efisien Misalnya: siswa mengetahui dan melakukan gerak melompat
dengan mentransfer kecepatan awalan ke dalam tolakannya. Pada level ini
wujud lompatannya sudah menekankan pada esensi efisiensi gerak
melompat. (misalnya: menggunakan kaki terkuat saat melompat, lutut agak