Muatan Life Skills Dalam Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan

Life skills merupakan orientasi pembelajaran yang bertujuan agar setiap komponen pembelajaran mengikuti tuntutan orientasi tersebut. Orientasi life skills harus dimiliki oleh setiap komponen pembelajaran terutama pendidik. Pendidik berusaha merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan dan menilai hasil pembelajaran dengan selalu berorientasi kepada life skills. Sedangkan peserta didik menyiapkan dirinya untuk belajar dan menguasai kecakapan hidup agar dapat hidup mandiri atau berkemampuan dengan optimalisasi pemanfaatan kompetensi/ sumber daya diri dan lingkungan. Life skills sangat bermanfaat untuk dipelajari oleh para pendidik di sekolah, khususnya dalam menambah wawasan tentang life skills, memetakan peluang-peluang pengintegrasian life skills pada berbagai kajian bidang keilmuan, menerapkan dan memodifikasi pola penyelenggaraan life skills pada lingkungannya dan lain sebagainya. Oleh karena itu Disini kami akan membahas materi tentang life skills, jenis-jenisnya, pendekatan dan strategi dalam pengembangnnya seperti apa dan bagaimana? Berikut uraiannya. 1. Apa yang dimaksud dengan life skills 2. Apa saja jenis-jenis dari life skills 3. Bagaimana pendekatan dan strategi pengembangannya 1. Untuk mengetahui dan memahami apa itu life skills 2. Untuk mengetahui dan memahami jenis-jenis dari life skills 3. Untuk mengetahui dan memahami tentang pendekatan dan strategi pengembangannya A. Konsep Dasar Life Skills Life skills dalam Bahasa Indonesia diartikan sebagai kecakapan hidup. Makna dari kecakapan hidup adalah ketrampilan untuk bekerja, sebagai modal untuk memecahkan masalah dalam pekerjaannya. Berikut ini terdapat beberapa definisi life skills dari para ahli, diantaranya: a. Menurut Broling (1989) “life skills“ adalah interaksi berbagai pengetahuan dan kecakapan yang sangat penting dimiliki oleh seseorang sehingga mereka dapat hidup mandiri. b. Menurut Kent Davis (2000:1) kecakapan hidup adalah “manual pribadi“ bagi tubuh seseorang. Kecakapan ini membantu peserta didik belajar bagaimana memelihara tubuhnya, tumbuh menjadi dirinya, bekerja sama secara baik dengan orang lain, membuat keputusan yang logis, melindungi dirinya sendiri dan mencapai tujuan di dalam kehidupannya. c. World health organization (1997) memberikan pengertian bahwa kecakapan hidup adalah berbagai ketrampilan atau kemampuan untuk dapat beradaptasi dan berprilaku positif, yang memungkinkan seseorang mampu menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan dalam hidupnya sehari-hari secara efektif d. Tim Broad-Based Education (2002) menafsirkan kecakapan hidup sebagai kecakapan yang dimiliki seseorang untuk mau dan berani menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Makna kecakapan hidup (life skills) lebih luas dari ketrampilan untuk bekerja. Orang yang tidak bekerja misalnya ibu rumah tangga, orang yang telah pensiun atau anak-anak tetap memerlukan kecakapan hidup. Pendidikan kecakapan hidup adalah pendidikan untuk meningkatkan kemampuan, kesanggupan, dan keterampilan yang diperlukan oleh seseorang untuk menjalankan kehidupan (Menjaga kelangsungan hidup dan pengembangan dirinya, Depdiknas: 2002). Kemampuan adalah realisasi dari kecakapan hidup yang bersifat kognitif (mengetahui cara mengerjakan), kesanggupan adalah realisasi dari kecakapan hidup yang lebih bersifat afektif (kemauan atau dorongan untuk berprilaku), dan ketrampilan adalah realisasi dari kecakapan hidup yang bersifat psikomotorik (tindakan yang dilakukan atas dasar pengetahuan dan kemauan) Tujuan pendidikan kecakapan hidup adalah menyiapkan peserta didik agar yang bersangkutan mampu, sanggup, dan terampil menjaga kelangsungan hidup dan perkembangannya di masa datang. Tujuan khusus pendidikan kecakapan hidup adalah: a. Mengaktualisasikan potensi peserta didik sehingga dapat digunakan untuk memecahkan berbagai masalah kehidupannya b. Memberikan wawasan yang luas mengenai pengembangan karir c. Memberikan bekal dengan latihan dasar tentang nilai-nilai yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari d. Memberikan kesempatan kepada sekolah untuk mengembangkan pembelajaran yang fleksibel sesuai dengan prinsip pendidikan berbasis luas (broad-based education) e. Mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya di lingkungan sekolah dan di masyarakat sesuai dengan prinsip manajemen berbasis sekolah. Pendidikan kecakapan hidup memberikan manfaat pribadi peserta didik dan manfaat sosial bagi masyarakat. Bagi peserta didik, pendidikan kecakapan hidup dapat meningkatkan kualitas berpikir, kualitas kalbu, dan kualitas fisik. Peningkatan kualitas tersebut pada gilirannya akan dapat meningkatkan pilihan-pilihan dalam kehidupan individu, misalnya karir, penghasilan, pengaruh, prestise, kesehatan jasmani dan rohani, peluang, pengembangan diri, kemampuan kompetitif, dan kesejahteraan pribadi. Bagi masyarakat, pendidikan kecakapan hidup dapat meningkatkan kehidupan yang maju dan madani dengan indikator-indikator adanya: peningkatan kesejahteraan sosial, pengurangan perilaku destruksif sehingga dapat mereduksi masalah-masalah sosial, dan pengembangan masyarakat yang secara harmonis mampun memadukan nilai-nilai religi, teori, solidaritas, ekonomi, kuasa dan seni (cita rasa). B. Jenis-Jenis Life Skills Kecakapan hidup dipilah menjadi empat jenis, yakni : 1. Kecakapan personal (personal skills) yang mencakup kecakapan mengenal diri (self awareness) dan kecakapan berpikir rasional (thinking skills) Kecakapan mengenal pada dasarnya merupakan penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, anggota masyarakat dan warga negara, serta menyadari dan mensyukuri kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, sekaligus menjadikan sebagai modal dalam meningkatkan dirinya sebagai individu yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan lingkungannya. Kecakapan berpikir rasional mencakup: a. Kecakapan menggali dan menemukan informasi (informating searching) b. Kecakapan mengolah informasi dan mengambil keputusan (informating processing and decision making skills), c. Kecakapan memecahkan masalah secara kreatif (creative problem solving skills). 2. Kecakapan sosial (social skills) Kecakapan sosial atau kecakapan interpersonal (interpersonal skills) mencakup antara lain kecakapan komunikasi dengan empati (communication skills) dan kecakapan bekerjasama (collaboration skills). Dua kecakapan diatas disebut sebagai kecakapan hidup yang bersifat umum atau kecakapan hidup general (general life skills/ GLS). Kecakapan hidup tersebut di perlukan oleh siapapun baik mereka yang bekerja, mereka yang tidak bekerja dan mereka yang sedang menempuh pendidikan. 3. Kecakapan akademik (academic skills) Kecakapan akademik (academic skills) yang sering kali juga disebut kemampuan berpikir ilmiah pada dasarnya merupakan pengembangan dari kecakapan berpikir rasional pada GLS. Kecakapan akademik lebih menjurus kepada kegiatan yang bersifat akademik atau keilmuan. 4. Kecakapan vokasional (vocational skills) Kecakapan vokasional (vokasioanal skills) sering kali disebut dengan kecakapan kejuruan. Artinya kecakapan yang dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu yang terdapat di masyarakat. Kecakapan vokasional lebih memerlukan keterampilan motorik. Dalam kecakapan vokasional tercakup kecakapan vokasional dasar atau pravokasional yang meliputi kecakapan menggunakan alat kerja, alat ukur, memilih bahan, merancang produk; dan kecakapan vokasional penunjang yang meliputi kecenderungan untuk bertindak dan sikap kewirausahaan Kecakapan akademik dan vokasional termasuk kedalam kecakapan hidup yang bersifat khusus (specific life skills). Kecakapan ini diperlukan seseorang untuk menghadapi problema bidang khusus tertentu. Menurut Sonata Stein bahwa terdapat empat kategori standar yang perlu dipersiapkan di masa mendatang tentang kecakapan bagi orang dewasa. 1. Mendapatkan informasi dan ide-ide. 2. Mengkomunikasikan dengan penuh percaya diri perasaannya dan dapat dimengerti oleh orang lain. 3. Membuat keputusan yang didasarkan pada informasi yang solid dan mampu menganalisis dan dapat menentukan secara hati-hati. 4. Selalu belajar agar tidak ketinggalan. Tidak hanya itu, disini juga terdapat jenis – jenis life skills menurut beberapa para ahli, diantaranya sebagai berikut: Pendapat Broling (1989) dalam pedoman penyelenggaraan program kecakapan hidup pendidikan non formal mengelompokkan life skills menjadi tiga kelompok, yaitu: a. Kecakapan hidup sehari-hari (daily living skills), antara lain meliputi: pengelolaan kebutuhan pribadi, pengelolaan keuangan pribadi, pengelolaan rumah pribadi, kesadaran kesehatan, kesadaraan keamanan, pengelolaan makanan-gizi, pengelolaan pakaian, kesadaran pribadi sebagai warga negara, pengelolaan waktu luang, rekreasi, dan kesadaran lingkungan. b. Kecakapan hidup sosial/pribadi (personal/social skill), antara lain meliputi : kesadaran diri (minat, bakat, sikap, kecakapan), percaya diri, komunikasi dengan orang lain, tenggang rasa dan kepedulian pada sesama, hubungan antar personal, pemahaman dan pemecahan masalah, menemukan dan mengembangkan kebiasaan positif, kemandirian dan kepemimpinan. c. Kecakapan hidup bekerja (occupational skill), meliputi: kecakapan memilih pekerjaan, perencanaan kerja, persiapan keterampilan kerja, latihan ketrampilan, penguasaan kompetensi, menjalankan suatu profesi, kesadaran untuk menguasai berbagai ketrampilan, kemampuan menguasai dan menerapkan teknologi, merancang dan melaksanakan proses pekerjaan, dan menghasilkan produk barang dan jasa. 2. World Health Organization (WHO) WHO mengelompokkan kecakapan hidup kedalam lima kelompok, yaitu: Kecakapan mengenal diri (self awareness) atau kecakapan pribadi (personal skills), Kecakapan sosial (social skills), Kecakapan berpikir (thinking skills), Kecakapan akademik (academic skills) dan Kecakapan kejuruan (vokasional skills). 3. Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda Ditjen PLSP mengelompokkan life skills secara operasioanal kedalam empat jenis, yaitu: a. Kecakapan pribadi (personal skills) yang mencakup kecakapan mengenal diri sendiri, kecakapan berpiki rasional dan percaya diri b. Kecakapan sosial (sosial skills), seperti kecakapan melakukan kerja sama, bertenggang rasa, dan tanggung jawab sosial c. Kecakapan akademik (academic skills) seperti kecakapan dalam berpikir ilmiah, melakukan penelitian, dan percobaan-percobaan dengan pendekatan ilmiah d. Kecakapan vokasioanal (vocational skills) adalah kecakapan yang dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu yang terdapat dimasyarakat, seperti dibidang jasa (perbengkelan, jahit menjahit dan produksi barang tertentu ). Direktorat Kepemudaan mengelompokkan life skills ke dalam tiga kelompok, yaitu: Kecakapan personal, Kecakapan sosial dan Kecakapan vokasional Satori (2002) mencoba menyajikan suatu model hubungan antara life skills, employebility skills, vocational skills, dan spesific occupational skills. Konsep life skills telah di uraikan di atas. Istilah employebility skills, mengacu pada serangkaian keterampilan yang mendukung seseorang untuk menunaikan pekerjaannya supaya berhasil. Employebility skills meliputi tiga keterampilan utama, yaitu: 1) Keterampilan berkomunikasi lisan 2) Membaca (mengerti dan dapat mengikuti alur berpikir) 3) Penguasaan dasar-dasar berhitung b. Keterampilan berpikir tingkat tinggi 1) Keterampilan pemecahan masalah 3) Keterampilan berpikir inovatif dan kreatif 4) Keterampilan membuat keputusan c. Karakter dan keterampilan afektif 2) Sikap positif terhadap pekerjaan 3) Jujur, hati-hati, teliti, dan efisien 4) Hubungan antar pribadi, kerja sama dan bekerja dalam tim 5) Percaya diri dan memiliki sikap positif terhadap diri sendiri 6) Penyesuaian diri dan fleksibel 7) Penuh antusias dan motivasi 8) Disiplin dan penguasaan diri 9) Berdandan dan berpenampilan menarik 10) Memiliki integritas pribadi 11) Mampu bekerja mandiri tanpa pengawasan orang lain Slameto (2002) membagi life skillsmenjadi dua bagian yaitu : kecakapan dasar dan kecakapan instrumental. Life skills yang bersifat dasar adalah kecakapan universal dan berlaku sepanjang zaman, tidak tergantung pada perubahan waktu dan ruang yang merupakan pondasi bagi peserta didik baik dijalur pendidikan persekolahan maupun pendidikan nonformal agar bisa mengembangkan keterampilan yang bersifat instrumental. Life skills yang bersifat instrumenstal adalah kecakapan yang bersifat relatif, kondisional, dan dapat berubah-ubah sesuai dengan perubahan ruang, waktu, situasi, dan harus diperbaharui secara terus menerus sesuai dengan derap perubahan. Slameto membagi kecakapan dasar atas delapan kelompok, yaitu: a. Kecakapan belajar terus-menerus b. Kecakapan membaca, menulis, dan menghitung c. Kecakapan berkomunikasi: lisan, tulisan, tergambar dan mendengar e. Kecakapan qalbu: iman (spiritual), rasa dan emosi f. Kecakapan mengelola kesehatan badan g. Kecakapan merumuskan keinginan dan upaya-upaya untuk mencapainya h. Kecakapan berkeluarga dan sosial Kecakapan instrumenstal dibagi lagi menjadi sepuluh kecakapan, sebagai berikut: a. Kecakapan memanfaatkan teknologi dalam kehidupan b. Kecakapan mengelola sumber daya c. Kecakapan bekerja sama dengan orang lain d. Kecakapan memanfaatkan informasi e. Kecakapan menggunakan sistem dalam kehidupan g. Kecakapan kejuruan, termasuk olahraga dan seni (cita rasa) h. Kecakapan memilih, menyiapkan dan mengembangkan karir i. Kecakapan menjaga harmoni dengan lingkungan j. Kecakapan menyatukan bangsa bedasarkan nilai-nilai pancasila C. Pendekatan dan strategi pengembangan muatan life skill pada pembelajaran berawawasan kemasyarakatan 1. Pendekatan pengembangan muatan life skills pada pembelajaran Pemuatan life skills pada setiap pembelajaran yang berwawasan kemasyarakatan akan selalu menggunakan prinsip-prinsip pendekatan broad based education (pendidikan berbasis luas). Pendidikan berbasis luas merupakan suatu pendekatan yang memiliki karakteristik bahwa proses pendidikan bersumber pada nilai-nilai hidup yang berkembang secara luas dimasyarakat. Wardiman (1998) menyebutkan pendidikan berbasis luas merupakan sistem baru yang berwawasan keunggulan, menganut prinsip tidak mungkin membentuk sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki keunggulan, kalau tidak diawali dengan pembentukan pondasi yang kuat. Dengan demikian, broad based education di artikan bahwa pendekatan pendidikan yang harus memberikan orientasi yang lebih luas, kuat dan mendasar sehingga kemungkinan warga masyarakat memiliki kemampuan menyesuaikan diri terhadap kemungkinan yang terjadi pada dirinya, baik yang berkaitan dengan usaha atau pekerjaannya. a. Landasan Konsep Pendidikan Berbasis Luas Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilakukan di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. a) Nilai sosial dan budaya digali, dibina, dan dikembangkan melalui proses pendidikan b) Menata masyarakat melalui pendidikan berdasarkan fungsi-fungsi budaya yang universal dengan orientasi pada budaya lokal yang berkembang ke arah budaya nasional dan global. c) Proses revitalisasi potensi untuk membangkitkan kesadaran, pengertian dan kepekaan peserta didik terhadap perkembangan sosial, ekonomi, dan politik. a) Proses pendidikan diarahkan untuk mengoptimalkan karakteristik potensi yang dimiliki seseorang sehingga menuntut adanya lingkungan yang kondusif bagi kebutuhan belajarnya. b) Manusia dalam kehidupannya memerlukan hubungan dengan lainnya sehingga membutuhkan berbagai nilai-nilai yang berkembang secara luas untuk kepentingan kelangsungan hidupnya. b. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam program keterampilan hidup dengan pendekatan pendidikan berbasis luas. 1) Adanya penyempurnaan kurikulum dari program pendidikan yang berbasis sempit (narrow based curriculum) menjadi berbasis mendasar, kuat dan luas (broad based curriculum). 2) Pelaksanaan evaluasi difokuskan kepada kompetensi warga belajar yang mengikuti kegiatan pembelajaran. 3) Metode pembelajaran variatif menerapkan prinsip reinforcement. 4) Peningkatan mutu dan pembentukan kenggulan sebagai bekal menghadapi berbagai perubahan yang berkembang semakin cepat. 5) Membuka wawasan dan pola pikir, sikap mental warga masyarakat sehingga mampu mengoptimalkan potensi yang ada, berubah tantangan menjadi peluang bagi kehidupannya. 6) Membentuk dan meningkatkan mutu tim fasilitasi terhadap pelaksanaan program keterampilan hidup guna memantau dan memberikan supervisi terhadap program sehingga mencapai tujuan yang diharapkan. 7) Memfasilitasi berbagai bentuk kegiatan dalam rangka mendukung program keterampilan hidup. 8) Mengoptimalkan peran lembaga/masyarakat untuk melaksanakan dan mengembangkan program keterampilan hidup, sesuai dengan karakteristik dan potensi daerah/lokal. 9) Meningkatkan kerja sama dengan unit kerja terkait, dunia usaha, lembaga swadaya masyarakat dan sebagainya dalam mendukung pelaksanaan program keterampilan hidup. Upaya peningkatan mutu SDM melalui aktualisasi sistem broad based educationtelah dicanangkan melalui ketetapan MPR (1999) berkenaan dengan pendidikan mengamanatkan sebagai berikut: 1) Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutinggi bagi seluruh rakyat Indonesia. 2) Meningkatkan kemampuan akademik dan profesional serta meningkatkan jaminan kesejahteraan tenaga kependidikan. 3) Melakukan pembaharuan sistem pendidikan termasuk pembaruan kurikulum untuk melayani keberagaman peserta didik. Pendidikan berdasarkan sistem broad based education ialah konsep pendidikan yang memacu pada life skills. Tujuan utamanya adalah untuk mengakomodasi kebututuan pendidikan masayarakat dalam rangka memperoleh pekerjaan yang layak sesuai dengan standar hidup, bagi pendidikan formal adalah memberikan bekal keterampilan dasar bagi mereka yang tidak dapat melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi. Life skills adalah broad based educatation atau pendekatan pendidikan berbasis luas. Pendidikan berbasis luas merupakan suatu pendekatan yang memiliki karakteristik bahwa proses pendidikan bersumber pada nilai-nilai hidup yang berkembang secara luas di masyarakat. Wardiman (1998) menyebutkan pendidikan berbasis luas merupakan sistem baru yang berwawasan SDM, berwawasan keunggulan, menganut prinsip tidak mungkin membentuk SDM yang berkualitas dan memiliki keunggulan, kalau tidak diawali dengan pembentukan dasar yang kuat. 2. Strategi pengembangan muatan life skill pada pembelajaran a. Strategi renung-Latih-Telaah (RLT) Strategi RLT yang berarti perenungan, pelatihan atau pembiasaan dan penelaahan dikemukakan oleh Marwah Daud Ibrahim. Menurutnya pendidikan yang berorientasi life skills perlu dilaksanakan dengan strategi perenungan hakikat dan makna hidup/diri, pelatihan/pembiasaan tentang bagaimana mengelola (manajemen) hidup, dan penelaahan kisah sukses tokoh-tokoh sukses. Life skills merupakan kombinasi antara: 1) Perenungan tentang hakikat dan makna keberadaan kita sebagai manusia, makhluk tersempurna dari seluruh ciptaan Tuhan 2) Pelatihan dan pembiasaan praktis untuk mengelola hidup dan merencanakann masa depan agar hidup lebih bermakna dan bermanfaat 3) Cuplikan kisah sukses beberapa tokoh nasional dan tokoh dunia untuk menjadi sumber inspirasi dan motivasi. b. Strategi Learner centred Strategi ini dikembangkan oleh Direktorat Kepemudaan dengan mengadopsi statregi pendidikan masyarakat, yang bercirikan bahwa pendidikan life skills diselenggarakan dengan prinsip : 1) Pengembangan kecakapan berdasarkan minat dan kebutuhan individu dan/ atau kelompok sasaran. 2) Pengembangan kecakapan terkait dengan karakteristik potensi wilayah setempat (sumber daya alam dan potensi sosial budaya). 3) Pengembangan kecakapan dilakukan secara nyata sebagai dasar sektor usaha kecil atau industri rumah tangga. 4) Pengembangan kecakapan berdasar pada peningkatan kompetensi keterampilan peserta didik untuk berusaha dan bekerja sehingga tidak terlalu teoritik namun lebih bersifat aplikatif opersional. c. Strategi kurikulum berbasis kompetensi Setiap manusia hidup memliki kompetensi-kompetensi tertentu sesuai perkembangan usia, status sosial dan pekerjaannya. Berdaarkan kompetensi-kompetensi inilah suatu kurikulum pembelajaran (pendidikan) di rancang, sehingga ditemukan formulasi materi/ pelajaran apa yang perlu dimiliki/ dikuasai peserta didik dalam pencakapan dirinya untuk melaksanakan kompetensinya. Kurikulum disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan secara nasional. Mutu pendidikan yang tinggi diperlukan untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka, berdemokrasi, dan mampu bersaing sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan semua warga negara Indonesia. Penyempurnaan kurikulum dilakukan secara responsif terhadap penerapan hak asasi manusia, kehidupan berdemokrasi, globalisasi, dan otonomi daerah. Dalam konteks desentralisasi dan seiring dengan perwujudan pemerataan hasil pendidikan bermutu diperlukan kurikulum nasional yang memuat kompetensi umum lulusan yang dapat dipertanggungjawabkan dalam konteks lokal, nasional , dan global. d. Strategi Penguatan Pendidikan Ekstrakurikuler Pendidikan ekstrakurikuler merupakan kegiatan belajar yang dilakukan di luar jam pelajaran tatap muka, dilaksanakan di sekolah atau luar sekolah untuk lebih memperluas wawasan atau kemampuan, peningkatan dan penerapan nilai pengetahuan dan kemampuan yang telah dipelajari dari berbagai mata pelajaran. Tujuan dari pendidikan ekstrakurikuler adalah: 1) Meningkatkan dan memantapkan pengetahuan siswa 2) Mengembangkan bakat, minat, kemampuan dan ketrampilan dalam upaya pembinaan pribadi dan 3) Mengenali hubungan antar pelajaran dalam kehidupan di masyarakat. Life skills dalam Bahasa Indonesia diartikan sebagai kecakapan hidup. Makna dari kecakapan hidup adalah ketrampilan untuk bekerja, sebagai modal untuk memecahkan masalah dalam pekerjaannya. Kecakapan hidup dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis yaitu: Kecakapan Personal, Kecakapan Sosial, Kecakapan Akademik dan Kecakapan Vokasional Pendekatan pengembangan muatan life skills pada pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan prinsip-prinsip pendekatan broad based education (pendidikan berbasis luas). Sedangkan untuk strategi pengembangan muatan life skill pada pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan: a. Strategi renung-Latih-Telaah (RLT) b. Strategi Learner centred c. Strategi kurikulum berbasis kompetensi d. Strategi Penguatan Pendidikan Ekstrakurikuler Semoga makalah yang kami buat bisa bermanfaat bagi kami selaku penyusun dan para pembaca sekalian. Diharapkan para pembaca tidak hanya membaca tetapi juga memahami dan mengimplementasikannya dalam pendidikan dan kehidupan sehari-hari. Untuk kesempurnaan makalah ini kami mohon kritik dan saran kepada rekan-rekan dan dosen pengampu, agar kami selaku penyusun bisa memperbaki kekurangan-kekurangan dari makalah ini. Hatimah Ihat, dkk. 2007. pembelajaran berwawasan kemasyarakatan.Jakarta: Universitas Terbuka