Pengertian Teori Belajar Behaviorisme Kognitivisme Dan Konstruktivisme

KaryaTulisku.com – Ada tiga kategori utama atau kerangka filosofis mengenai teori-teori
belajar, yaitu: teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitivisme, dan
teori belajar konstruktivisme. Teori belajar behaviorisme hanya berfokus pada
aspek objektif diamati pembelajaran. Teori kognitif melihat melampaui perilaku
untuk menjelaskan pembelajaran berbasis otak. Dan pandangan konstruktivisme
belajar sebagai sebuah proses di mana pelajar aktif membangun atau membangun
ide-ide baru atau konsep.

1. Pengertian Teori belajar Behaviorisme
Teori Belajar Behaviorisme

Pengertian Teori behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan
oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik.

Teori behavioristik sendiri dipelopori olehThorndike (1913), Pavlov (1927) dan Skiner (1974).Teori behavioristik menganggap bahwa belajar adalah tingkah laku yang dapat diamati yang disebabkan oleh adanya stimulus dari luar. Berdasarkan hal tersebut maka teori ini beranggapan bahwa seseorang dapat dikatakan belajar ditunjukan dari prilaku yang dapat di lihat, bukan dari apa yang ada dalam pikirannya.

Teori Behavioristik menekankan bahwa hasil belajar terbentuk dari adanya stimulus dan respon – Hasil belajar dapat dilihat dari perilaku yang nampak. Teori behavioristik menempatkan bahwa belajar merupakan proses pembentukan keterkaitan antara stimulus dan respon (rangsangan dan tindak balas). Teori
behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang
belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan
menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan
semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.

Teori belajar
behavioristik menjelaskan belajar adalah
perubahan perilaku yang dapat
diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui
rangsangan (stimulans) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon)
berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulans tidak lain adalah lingkungan
belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang menjadi penyebab
belajar. Sedangkan respons adalah akibat atau dampak, berupa reaksi fifik
terhadap stimulans. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat dan kecenderungan perilaku S-R (stimulus-Respon).

Teori
Behavioristik:

1) Mementingkan faktor lingkungan

2) Menekankan pada faktor bagian

3) Menekankan pada tingkah laku yang nampak dengan mempergunakan metode
obyektif.

4) Sifatnya mekanis

5) Mementingkan masa lalu

Karakteristik Teori Behavioristik

1. Perubahan perilaku manusia sangat dipengaruhi lingkungan
2. Mementingkan bagian-bagian terpisah, artinya manusia itu terdiri dari bagian-bagian
3. Mengamati perilaku manusi yang terjadi karena reaksi-reaksi yang berpengaruh (stimulus)
4. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar itu bersifat mekanis. Artinya perilaku manusia itu sama seperti mesin dan gejala-gelaja alam.
5. Perilaku manusia sangat ditentukan oleh masa lalu. Artinya pengalaman-pengalaman yang pernah terjadi akan mempengaruhi perilaku manusia.
6. Pembentukan perilaku manusia lebih banyak dipengaruhi oleh proses pembiasaan.
7. Ciri khas dalam pemecahan masalah lebih banyak dilakukan dengan mencoba-coba (trial and error)

Peneliti yang
mengembangkan Teori ini adalah; Thorndike. Pavlov, Skinerr,
Gagne, dan Bandura.

Thorndike
berprofesi sebagai seorang pendidik dan psikolog yang berkebangsaan Amerika.
Lulus S1 dari Universitas Wesleyen tahun 1895, S2 dari Harvard tahun 1896 dan
meraih gelar doktor di Columbia tahun 1898. Buku-buku yang ditulisnya antara
lain Educational Psychology (1903), Mental and social Measurements (1904),
Animal Intelligence (1911), Ateacher’s Word Book (1921),Your City (1939), dan
Human Nature and The Social Order (1940).

Menurut
Thorndike, belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara
peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R ). Stimulus
adalah suatu perubahan dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda untuk
mengaktifkan organisme untuk beraksi atau berbuat sedangkan respon dari adalah
sembarang tingkah laku yang dimunculkan karena adanya perangsang. Dari
eksperimen kucing lapar yang dimasukkan dalam sangkar (puzzle box) diketahui
bahwa supaya tercapai hubungan antara stimulus dan respons, perlu adanya
kemampuan untuk memilih respons yang tepat serta melalui usaha –usaha atau
percobaan-percobaan (trials) dan kegagalan-kegagalan (error) terlebih dahulu. Bentuk
paling dasar dari belajar adalah “trial and error learning atau selecting and
connecting learning” dan berlangsung menurut hukum-hukum tertentu.

Oleh karena
itu teori belajar yang dikemukakan oleh Thorndike ini sering disebut dengan
teori belajar koneksionisme atau teori asosiasi. Adanya pandangan-pandangan
Thorndike yang memberi sumbangan yang cukup besar di dunia pendidikan tersebut
maka ia dinobatkan sebagai salah satu tokoh pelopor dalam psikologi pendidikan.

2. Ivan Petrovich Pavlov ( ).

Ivan Pavlov

Ivan
Petrovich Pavlov lahir 14 September 1849 di Ryazan Rusia yaitu desa tempat
ayahnya Peter Dmitrievich Pavlov menjadi seorang pendeta. Ia dididik di sekolah
gereja dan melanjutkan ke Seminari Teologi. Pavlov lulus sebagai sarjan
kedokteran dengan bidang dasar fisiologi. Pada tahun 1884 ia menjadi direktur
departemen fisiologi pada institute of Experimental Medicine dan memulai
penelitian mengenai fisiologi pencernaan. Ivan Pavlov meraih penghargaan nobel
pada bidang Physiology or Medicine tahun 1904. Karyanya mengenai pengkondisian
sangat mempengaruhi psikology behavioristik di Amerika. Karya tulisnya adalah
Work of Digestive Glands(1902) dan Conditioned Reflexes(1927).

Classic
conditioning ( pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah proses yang
ditemukan Pavlov melalui percobaanny terhadap anjing, dimana perangsang asli
dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga
memunculkan reaksi yang diinginkan.

Eksperimen-eksperimen
yang dilakukan Pavlov dan ahli lain tampaknya sangat terpengaruh pandangan
behaviorisme, dimana gejala-gejala kejiwaan seseorang dilihat dari perilakunya.
Hal ini sesuai dengan pendapat Bakker bahwa yang paling sentral dalam hidup
manusia bukan hanya pikiran, peranan maupun bicara, melainkan tingkah lakunya. Pikiran mengenai tugas atau rencana baru akan mendapatkan
arti yang benar jika ia berbuat sesuatu (Bakker, 1985).

Bertitik tolak dari asumsinya bahwa dengan menggunakan
rangsangan-rangsangan tertentu, perilaku manusia dapat berubah sesuai dengan
apa yang didinkan. Kemudian Pavlov mengadakan eksperimen dengan menggunakan
binatang (anjing) karena ia menganggap binatang memiliki kesamaan dengan
manusia. Namun demikian, dengan segala kelebihannya, secara hakiki manusia
berbeda dengan binatang.

Ia mengadakan percobaan dengan cara mengadakan operasi
leher pada seekor anjing. Sehingga kelihatan kelenjar air liurnya dari luar.
Apabila diperlihatkan sesuatu makanan, maka akan keluarlah air liur anjing
tersebut. Kin sebelum makanan diperlihatkan, maka yang diperlihatkan adalah
sinar merah terlebih dahulu, baru makanan. Dengan sendirinya air liurpun akan
keluar pula. Apabila perbuatan yang demikian dilakukan berulang-ulang, maka
pada suatu ketika dengan hanya memperlihatkan sinar merah saja tanpa makanan
maka air liurpun akan keluar pula.

Makanan adalah rangsangan wajar, sedang merah adalah
rangsangan buatan. Ternyata kalau perbuatan yang demikian dilakukan
berulang-ulang, rangsangan buatan ini akan menimbulkan syarat(kondisi) untuk
timbulnys air liur pada anjing tersebut. Peristiwa ini disebut: Reflek
Bersyarat atau Conditioned Respons.

Pavlov berpendapat, bahwa kelenjar-kelenjar yang lain pun
dapat dilatih. Bectrev murid Pavlov menggunakan prinsip-prinsip tersebut
dilakukan pada manusia, yang ternyata diketemukan banyak reflek bersyarat yang
timbul tidak disadari manusia.

Dari eksperimen Pavlov setelah pengkondisian atau
pembiasaan dpat diketahui bahwa daging yang menjadi stimulus alami dapat
digantikan oleh bunyi lonceng sebagai stimulus yang dikondisikan. Ketika
lonceng dibunyikan ternyata air liur anjing keluar sebagai respon yang
dikondisikan.

Apakah situasi ini bisa diterapkan pada manusia? Ternyata
dalam kehidupan sehar-jhari ada situasi yang sama seperti pada anjing. Sebagai
contoh, suara lagu dari penjual es krim Walls yang berkeliling dari rumah ke
rumah. Awalnya mungkin suara itu asing, tetapi setelah si pejual es krim sering
lewat, maka nada lagu tersebut bisa menerbitkan air liur apalagi pada siang
hari yang panas. Bayangkan, bila tidak ada lagu trsebut betapa lelahnya si
penjual berteriak-teriak menjajakan dagangannya. Contoh lai adalah bunyi bel di
kelas untuk penanda waktu atau tombol antrian di bank. Tanpa disadari, terjadi
proses menandai sesuatu yaitu membedakan bunyi-bunyian dari pedagang
makanan(rujak, es, nasi goreng, siomay) yang sering lewat di rumah, bel masuk
kelas-istirahat atau usai sekolah dan antri di bank tanpa harus berdiri lama.

Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa dengan
menerapkan strategi Pavlov ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara
mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan
pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia
dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.

Skinner

Seperti halnya kelompok penganut psikologi modern,
Skinner mengadakan pendekatan behavioristik untuk menerangkan tingkah laku.
Pada tahun 1938, Skinner menerbitkan bukunya yang berjudul The Behavior of
Organism. Dalam perkembangan psikologi belajar, ia mengemukakan teori operant
conditioning. Buku itu menjadi inspirasi diadakannya konferensi tahunan yang
dimulai tahun 1946 dalam masalah “The Experimental an Analysis of
Behavior”. Hasil konferensi dimuat dalam
jurnal berjudul Journal of the Experimental Behaviors yang disponsori
oleh Asosiasi Psikologi di Amerika (Sahakian,1970)

B.F. Skinner berkebangsaan Amerika dikenal sebagai tokoh
behavioris dengan pendekatan model instruksi langsung dan meyakini bahwa
perilaku dikontrol melalui proses operant conditioning. Di mana
seorang dapat mengontrol tingkah laku organisme melalui pemberian reinforcement
yang bijaksana dalam lingkungan relatif besar. Dalam beberapa hal,
pelaksanaannya jauh lebih fleksibel daripada conditioning klasik.

Gaya mengajar guru dilakukan dengan beberapa pengantar
dari guru secara searah dan dikontrol guru melalui pengulangan dan latihan.

Menajemen Kelas menurut Skinner adalah berupa usaha untuk
memodifikasi perilaku antara lain dengan proses penguatan yaitu memberi
penghargaan pada perilaku yang diinginkan dan tidak memberi imbalan apapun pada
perilaku yanag tidak tepat. Operant Conditioning adalah suatu proses perilaku
operant ( penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku
tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan.

Eksperimen Skinner

Percobaan yang dilakukan SkinnerSkinner membuat eksperimen sebagai berikut :

Dalam laboratorium Skinner memasukkan tikus yang telah
dilaparkan dalam kotak yang disebut “skinner box”, yang sudah dilengkapi dengan
berbagai peralatan yaitu tombol, alat pemberi makanan, penampung makanan, lampu
yangdapat diatur nyalanya, dan lantai yanga dapat dialir listrik. Karena
dorongan lapar tikus beruasah keluar untuk mencari makanan. Selam tikus
bergerak kesana kemari untuk keluar dari box, tidak sengaja ia menekan tombol,
makanan keluar. Secara terjadwal diberikan makanan secara bertahap sesuai
peningkatan perilaku yang ditunjukkan si tikus, proses ini disebut shapping.

Berdasarkan berbagai percobaannya pada tikus dan burung
merpati Skinner mengatakan bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah
penguatan. Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus
respon akan semakin kuat bila diberi penguatan. Skinner membagi penguatan ini
menjadi dua yaitu penguatan positif dan penguatan negatif. Bentuk bentuk
penguatan positif berupa hadiah, perilaku, atau penghargaan. Bentuk bentuk
penguatan negatif antara lain menunda atau tidak memberi penghargaan,
memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang.

Beberapa prinsip Skinner antara lain :

1. Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa,
jika salah dibetulkan, jika bebar diberi penguat . Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
3. Materi pelajaran, digunakan sistem modul.
4. Dalam proses pembelajaran, tidak digunkan hukuman. Untuk
itu lingkungan perlu diubah, untuk menghindari adanya hukuman. . Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktifitas
sendiri. . Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan
sebaiknya hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variabel Rasio rein
forcer.

7. Dalam
pembelajaran digunakan shaping.

4.
Robert Gagne ( ).

Robert Gagne

Gagne
adalah seorang psikolog pendidikan berkebangsaan amerika yang terkenal dengan
penemuannya berupa condition of learning. Gagne pelopor dalam instruksi pembelajaran yang
dipraktekkannya dalam training pilot AU Amerika. Ia kemudian mengembangkan
konsep terpakai dari teori instruksionalnya untuk mendisain pelatihan berbasis
komputer dan belajar berbasis multi media. Teori Gagne banyak dipakai untuk
mendisain software instruksional.

Gagne
disebut sebagai Modern Neobehaviouris mendorong guru untuk merencanakan
instruksioanal pembelajaran agar suasana dan gaya belajar dapat dimodifikasi.
Ketrampilan paling rendah menjadi dasar bagi pembentukan kemampuan yang lebih
tinggi dalam hierarki ketrampilan intelektual. Guru harus mengetahui kemampuan
dasar yang harus disiapkan. Belajar dimulai dari hal yang paling sederhana
dilanjutnkanpada yanglebih kompleks ( belajar SR, rangkaian SR, asosiasi
verbal, diskriminasi, dan belajar konsep) sampai pada tipe belajar yang lebih
tinggi(belajar aturan danpemecahan
masalah). Prakteknya gaya belajar tersebut tetap mengacu pada asosiasi
stimulus respon.

2. Pengertian Teori Belajar kognitivisme
Teori Belajar Kognitivisme

Teori Kognitif dipelopori oleh Jean Piaget ( ). Pengertian Teori belajar kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes terhadap teori
perilaku yang yang telah berkembang sebelumnya. Model kognitif ini memiliki
perspektif bahwa para peserta didik memproses infromasi dan pelajaran melalui
upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara
pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan
pada bagaimana informasi diproses.

Jean PiagetMenurut teori kognitivisme, belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman.
Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku
yang bisa diamati (Hal ini berlawanan dengan teori behavioristik)
. Asumsi dasar teori ini adalah setiap orang telah mempunyai
pengalaman dan pengetahuan dalam dirinya. Pengalaman dan pengetahuan ini
tertata dalam bentuk struktur kognitif. Menurut teori ini proses belajar akan
berjalan baik bila materi pelajaran yang baru beradaptasi secara klop dengan
struktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa.

Ciri-Ciri Teori Bwlajar Kognitif (Rusman. 2015 : 52)

1. Perubahan perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh apa yang ada dalam dirinya (nativistik)
2. Mementingkan keseluruhan (holistik) dibandingkan bagian-bagian (Wholistik)
3. Mementingkan peranan fungsi kognitif
4. Mengutamakan keseimbangan dalam diri individu
5. Perilaku manusia sangat ditentukan oleh masa kini
6. Pembentukan perilaku manusia lebih banyak dipengaruhi oleh struktur kognitif
7. Ciri khas dalam pemecahan menurut teori kognitif adalah adanya “insight”

Peneliti yang mengembangkan teori kognitif ini adalah Ausubel, Bruner, dan Piaget. Dari ketiga peneliti ini, masing-masing memiliki penekanan yang berbeda.
Ausubel menekankan pada aspek pengelolaan (organizer) yang memiliki pengaruh
utama terhadap belajar. Bruner bekerja pada pengelompokkan atau penyediaan
bentuk konsep sebagai suatu jawaban atas bagaimana peserta didik memperoleh
informasi dari lingkungan. Sementara menurut Piaget pengetahuan terbentuk melalui proses yaitu, sekema, asimilasi, akomodasi dan equilibrasi.

No

Piaget

Brunner

Ausubel Proses belajar terjadi menurut pola tahap-tahap
perkembangan tertentu sesuai dengan umur siswa

Proses belajar terjadi melalui tahap-tahap:

a. Asimilasi

b. Akomodasi

c. Equilibrasi

Proses belajar lebih ditentukan oleh karena cara
kita mengatur materi pelajaran dan bukan ditentukan oleh umur siswa

Proses belajar terjadi melalui tahap-tahap:

a. Enaktif (aktivitas)

b. Ekonik (visual verbal)

c. Simbolik

Proses belajar terjadi jika siswa mampu
mengasimilasikan pengetahuan yang dimilikinya dengan pengetahuan baru

Proses belajar terjadi melaui tahap-tahap:

a. Memperhatikan stimulus yang diberikan

b. Memahami makna stimulus menyimpan dan menggunakan
informasi yang sudah dipahami.

Baca :

Makalah Teori Piaget dan Penerapannya dalam SD

Perkembangan Peserta Didik

Aplikasi
teori belajar kognitivisme dalam pembelajaran, guru harus memahami bahwa siswa
bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya, anak usia pra
sekolah dan awal sekolah dasar belajar menggunakan benda-benda konkret,
keaktifan siswa sangat dipentingkan, guru menyusun materi dengan menggunakan
pola atau logika tertentu dari sederhana kekompleks, guru menciptakan
pembelajaran yang bermakna, memperhatian perbedaan individual siswa untuk mencapai
keberhasilan siswa.

Dari
penjelasan diatas jelas bahwa implikasinya dalam pembelajaran bahasa arab adalah seorang pendidik, guru ataupun apa namanya mereka harus dapat memahami
bagaimana cara belajar siswa yang baik, sebab mereka para siswa tidak akan
dapat memahami bahasa bila mereka tidak mampu mencerna dari apa yang mereka
dengar ataupun mereka tangkap.

Dari
ketiga macam teori diatas jelas masing-masing mempunya implikasi yang berbeda, namun secara umum
teori kognitivisme lebih mengarah pada bagaimana memahami struktur kognitif
siswa, dan ini tidaklah mudah, Dengan memahami struktur
kognitif siswa, maka dengan tepat pelajaran bahasa disesuaikan sejauh mana kemampuan siswanya. Selain itu, juga model penyusunan materi pelajaran bahasa arab hendaknya disusun berdasarkan
pola dan logika tertentu agar lebih mudah dipahami. Penyusunan materi pelajaran
bahasa arab di buat bertahap mulai dari yang paling sederhana ke kompleks.
hendaknya dalam proses pembelajaran sebisa mungkin tidak hanya terfokus pada hafalan, tetapi juga memahami apa yang
sedang dipelajari, dengan demikian jauh akan lebih baik dari sekedar menghafal
kosakata.

3. Teori Belajar Konstruktivisme

Teori Belajar KontruktivismePelopor dari teori Kontruktivisme ialah Jean Piaget, Bruner, dan Vygotsky pada awal abad 20-an yang memiliki pandangan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif melainkan secara aktif. Konsep utama dalam teori konstruktivisme yaitu peserta didik akan aktif mencari untuk membuat pengertian tentang apa yang ia pahami. Hal ini memiliki arti bahwa belajar adalah sebuah kegiatan yang berbasis mencari tau secara mandiri, menyelesaikan masalah, menemukan.

Jean Piaget, Brunner, Vygotsky

Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan
dapat diartikan Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup
yang berbudaya modern. Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran
konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit,
yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak
sekonyong-konyong.

Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap
untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan
memberi makna melalui pengalaman nyata. Menurut konstruktivisme, pengetahuan bukan hal
yang statis dan deterministik, tetapi suatu proses menjadi tahu.Kontrutivisme menganggap bahwa manusia mampu mengkonstruk atau membangun pengetahuan setelah ia berinteraksi dengan lingkungan.

Misalnya, pengetahuan mengenai kucing, tidak sekali jadi, tetapi merupakan
suatu proses. Pada pertama kali melihat kucing kita memperoleh pengetahuan
dengan melihat dan menjamah. Pada kesempatan lain, kita bertemu dengan kucing
lain. Interaksi dengan macam-macam kucing akan menjadikan pengetahuan kita
tentang kucing menjadi lebih lengkap dan rinci. Hal ini terjadi secara terus
menerus.

Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan
masalah, mencari idea dan membuat keputusan. Siswa akan lebih paham karena
mereka terlibat langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih
pahamdan mampu mengapliklasikannya dalam semua situasi. Selian itu siswa
terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep.

Model-Model Pembelajaran yang berlandasakan teori kontruktivisme dianataranya adalah :

1. Model Pembelajaran Reasoning dan Problem Solving

2. Model Pembelajaran Problem-Based instruction

3. Model Pembelajaran Perubahan Konseptual

4. Model Pembelajaran Grup Investigation

5. Model Pembelajaran Inquiri