Perbandingan Kecepatan IPv4 Dan IPv6

Abstraksi Perkembangan dunia telekomunikasi tidak terlepas dari perkembangan teknologi yang terus mendukung. Baik teknologi transmisi data maupun teknologi pengolah data penunjang sistem telekomunikasi yang mampu membangun sistem telekomunikasi yang semakin luas, aman, cepat dan efisien. Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat, mengakibatkan tidak tersedianya alokasi alamat protokol IPv4. Beberapa cara dilakukan untuk mempertahankan teknologi IPv4 antara lain penggunaan teknologi alamat dinamis (Dinamic Host Control Protocol) yang menggunakan kembali alamat-alamat IPv4 yang tidak digunakan. Akan tetapi penggunaan DHCP tidak lagi efektif karena sudah tidak ada lagi alamat IPv4 yang tidak digunakan. Cara kedua adalah penggunaan teknologi NAT (Network Address Translation) yang mengijinkan sebuah host meminjam alamat IP dari host lain yang telah on-line. Permasalahan lain yang timbul dari penggunaan NAT adalah NAT menghalangi penggunaan beberapa aplikasi Internet. Aplikasi-aplikasi itu antara lain aplikasi komunikasi, keamanan dan game yang membutuhkan komunikasi dua arah misalnya VoIP (RTP-Realtime transport Protocol/RTCP Realtime Streaming Protocol), Video confferencing dan Game jaringan (Quake multiplayer). Beberapa protokol juga tidak dapat melewati NAT antara lain RTP/RTCP yang menggunakan UDP (User Datagram Protokol) dengan pemberian port dinamik. Kata kunci: protokol, telekomunikasi, informasi, IP PENDAHULUAN Alokasi alamat IPv4 sampai penyedia jasa layanan Internet adalah salah satu tindakan yang membantu menghemat spasi alamat IPv4. Tapi di sisi pelanggan tidak dapat mengganti atau pindah ISP kecuali harus mengubah alamat IPnya, kejadian ini akan menyebabkan gangguan pada jaringan. Penyedia jasa layanan juga tidak dapat mengganti koneksi tulang punggungnya kecuali harus mengubah alamat mereka dan alamat pelanggan. IPv6 mempunyai kemampuan auto-renumbering (penomoran kembali alamat IP secara otomatis) yang meminimalkan gangguan. Dengan kemampuan ini, maka pelanggan dapat mengubah ISPnya dan ISP juga dapat mengganti koneksi tulang punggung mereka dengan bebas tanpa ada ketergantungan seperti pada IPv4. Kebanyakan aplikasi Internet yang memerlukan keamanan saat ini menggunakan keamanan pada level transport, yang diimplementasikan dengan protokol SSL. Hal ini dapat digunakan untuk mengamankan lalu lintas yang menggunakan koneksi pada layer transport yang berorientasi koneksi (lalu lintas TCP), tetapi tidak dapat digunakan untuk mengamankan lalu lintas yang connectionless (UDP). IPSEC memungkinkan untuk mengamankan kedua tipe lalu lintas tersebut baik TCP maupun UDP. Saat ini, internet bekerja pada basis usaha terbaik (best effort) dan kualitas layanan (QoS) di luar kendali dari pelanggan. User komersial dari Internet akan meningkatkan kebutuhan jaminan kualitas layanan (QoS) untuk semua trafik atau trafik-trafik tertentu sebab tanpa adanya peningkatan dan pemilihan kualitas, layanan seperti Internet telephony dan Video tidak dapat dilaksanakan. Kebutuhan akan kualitas layanan seperti kecepatan membuka halaman web, internet telephony bekerja pada delay transit yang maksimum, menjamin adanya prioritas terhadap traffic mail dan jaringan dengan lalu lintas file-file besar menggunakan file transfer protokol. Implementasi QoS pada IPv4 akan memperoleh fungsi-fungsi dari QoS lebih sedikit dibandingkan IPv6 karena IPv6 memasukkan field label flow dengan teliti yang mengijinkan aliran lalu lintas dapat dibedakan, yang membuat kemungkinan untuk mengidentifikasikan secara presisi trafik yang membutuhkan kualitas layanan tertentu. Dari uraian di atas dapat dirumuskan bahwa IPv4 memiliki banyak keterbatasan antara lain : Jumlah alamat yang semakin sedikit yang menyebabkan sulit berkembangnya penyedia layanan Internet (ISP). Tidak dapat mendukung fleksibilitas alamat yang tinggi. Tidak mampu mendukung alamat private dengan menggunakan Realtime Transport Protokol maupun Real Time Streaming Protokol. Faktor keamanan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kesulitan untuk menyediakan akses kepada pelanggan ketika mereka berada di luar firewall. Kualitas layanan jaringan yang tidak begitu bagus dibanding IPv6. Salah satu alasan untuk berpindah ke IPv6 adalah ketika user yang lain telah berpindah ke IPv6. Ketika suatu kemunitas telah mengadopsi IPv6, secara alami akan membuat komunitas lain untuk mengadopsi IPv6 juga agar kedua komunitas tersebut dapat berkomunikasi. Akan tetapi dimungkinkan juga seorang pengguna akan berkomunikasi dengan dua orang pengguna dengan melewati router dengan tipe lama tanpa mengubah struktur jaringan dengan mengunakan Mekanisme Transisi Automatic Tunneling yang mempunyai keuntungan sebagai berikut : Lebih mudah dalam implementasi. Dalam implementasi tidak memerlukan banyak komputer, cukup menggunakan komputer yang sudah ada. Khusus untuk gateway tunnel, sistem operasi perlu diupgrade menjadi sistem operasi yang dualstack mendukung IPv6 dan IPv4. Lebih mudah dalam hal konfigurasi pada sistem operasi. Dalam konfigurasi tidak diperlukan script konfigurasi yang rumit, cukup dengan konfigurasi interface tunnel dan konfigurasi tabel routingnya saja. Tidak memerlukan server yang melayani transisi. Dalam implementasi tidak memerlukan server khusus yang melayani mekanisme transisinya, enkapsulasi dan dekapsulasi di lakukan antar gateway tunnel secara point–to–point TINJAUAN PUSTAKA IPv4 telah terbukti tangguh selama ini, namun terdapat masalah terhadap IPv4 terutama pada pengalokasian IP tersebut. Namun solusi seperti NAT tidaklah menyelesaikan persoalan secara utuh. Ada beberapa hambatan muncul bila menggunakan NAT, seperti kesulitan pada aplikasi VoIP, kesulitan pada aplikasi IPSec, lalu lintas Muticast yang tidak dapat melewati NAT, dan NAT itu sendiri sebagai single failure box dimana bila mesin penyedia NAT rusak maka semua koneksi client dengan internet menjadi terputus. Penggunaan IPv6 adalah solusi yang tepat untuk menopang internet sekarang. Banyak keuntungan yang diambil dari penggunaan IPv6 yaitu : Alokasi alamat yang lebih banyak, auto configuration address, Adanya traffic class dan flow label untuk mendukung aplikasi realtime dan IPv6 mendukung mobile ip, IPsec dll. DASAR TEORI Alamat IPv6 adalah pengidentifikasi sepanjang 128 bit untuk interface dan sekumpulan interface. Ada tiga tipe dari alamat IPv6 : Unicast : Pengidentifikasi untuk interface tunggal. Paket yang dikirim ke alamat unicast adalah paket yang dikirim ke sebuah interface yang diidentifikasi oleh alamat tersebut. Anycast : Pengidentifikasi untuk sekumpulan interface (umumnya milik node yang berbeda). Paket yang dikirim ke alamat anycast adalah paket yang dikirimkan ke salah satu dari sekumpulan interface yang diidentifikasi oleh alamat tersebut. Multicast : Pengidentikasi untuk sekumpulan interface (umumnya milik node yang berbeda). Paket yang dikirimkan ke alamat multicast adalah paket yang dikirimkan ke semua interface yang diidentifikasi oleh alamat tersebut. Tidak ada alamat broadcast dalam IPv6, fungsi alamat broadcast digantikan oleh multicast. Alamat-alamat IPv6 dari semua tipe diberikan pada interface, tidak pada node. Alamat unicast IPv6 mengacu pada interface tunggal, alamat unicast yang diberikan pada node tersebut juga digunakan untuk mengidentifikasi node tersebut. Semua interface diharuskan untuk mempunyai setidaknya satu alamat unicast link-local. Satu buah interface dapat diberikan atau dialokasikan alamat IPv6 lebih dari satu dengan berbagai macam tipe alamat atau scope. Ada tiga jenis bentuk konvensional untuk merepresentasikan alamat IPv6 sebagai string teks : Bentuk yang disukai adalah x:x:x:x:x:x:x:x, x adalah nilai hexadesimal dari 8 satuan yang setiap satuan terdiri atas 16 bit. Contoh : fedc:ba98:7654:3210:fedc:ba98:7654: :0:0:0:8:800:200c:417a Tidak perlu menulis permulaan nilai nol dalam setiap kolom (dipisahkan dengan tanda “:”), misalkan 0008 dapat ditulis 8. Ada beberapa metode dalam mengalokasikan gaya tertentu dari alamat IPv6, hal ini khususnya untuk alamat yang berisi string nol bit yang panjang. Untuk mengidentifikasi nilai nol sepanjang 16 bit dapat digunakan tanda “::”. Dapat pula digunakan di awal alamat. Contoh 1080:0:0:0:8:800:200c:417a : Alamat unicast ff01:0:0:0:0:0:0:101 : Alamat multicast 0:0:0:0:0:0:0:1 : Alamat loopback 0:0:0:0:0:0:0:0 : Alamat tidak terspesifikasi Atau dapat ditulis: 1080:::8:800:200c:417a : Alamat unicast ff01::101 : Alamat multicast ::1 : Alamat loopback :: : Alamat tidak terspesifikasi Bentuk alternatif yang kadang-kadang lebih tepat ketika dihadapkan dengan lingkungan gabungan dari IPv4 dan IPv6 adalah x:x:x:x:x:x:x:x:d.d.d.d, dimana x menandakan nilai hexadesimal dari 6 satuan yang masing-masing terdiri atas 16 bit, dan d adalah nilai desimal dari 4 satuan yang masing-masing terdiri atas 8 bit (standar representasi IPv4). Contoh : 0:0:0:0:0:0:13.1.68.3 0:0:0:0:0:ffff:129.144.52.38 atau dipadatkan menjadi ::13.1.68.3 ::ffff:129.144.52.38 Kerumitan pengalamatan ini menjadikan konsep DNS menjadi sangat dominan. DNS (Domain Name System) terdiri atas sintak yang digunakan menspesifikan nama dari entitas dalam internet ke dalam bentuk hirarki. Data DNS dipelihara dalam group-group database yang didistribusikan secara hirarki. BIND (Berkeley Internet Name Domain) mengimplementasikan nameserver Internet untuk sejumlah sistem operasi. BIND versi 9 mendukung secara penuh pengkonversian nama ke alamat IPv6 dan alamat IPv6 ke nama. Bind juga menggunakan alamat IPv6 untuk membuat pencarian ke database DNS ketika bind tersebut berjalan pada sistem yang dilengkapi oleh IPv6. Untuk lookup forward (pengkonversian dari nama ke alamat IPv6), BIND 9 mendukung record A6 dan AAAA. Untuk pencarian kebalikan dari alamat IPv6 ke nama (reverse lookup), BIND mendukung format baru yaitu bit string yang digunakan dalam domain ip6.arpa dan juga mendukung format nibble yang digunakan dalam domain ip6.int. METODOLOGI PENELITIAN Obyek Penelitian Obyek penelitian ini adalah kecepatan transfer data pada protokol versi 6 dengan menggunakan protokol FTP. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Sistem Operasi dan Jaringan Komputer, Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara mengirimkan beberapa data dengan berbagai ukuran dari komputer host ke komputer server dan mencatat hasil perhitungan yang dilakukan oleh protokol FTP baik perhitungan transfer rate maupun time delay. ANALISIS Berikut ini adalah grafik perbandingan kecepatan transfer data antara IPv6 dan IPv4, yang dilakukan dengan mengirimkan data dari sebuah host ke server dengan menggunakan protokol FTP (File Transfer Protocol). Pada Grafik diatas, untuk grafik fungsi pengambilan (GET) data IPv6 dapat diambil persamaan yaitu: Y = (x^0.9801)/10.12 Dengan : Y adalah waktu tunda X adalah ukuran data Sedangkan fungsi pengambilan data pada ipv4 adalah sebagai berikut : Y = (x^0.9859)/10.09 Dengan : Y adalah waktu tunda X adalah ukuran data KESIMPULAN Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : Perpindahan teknologi dari protokol IPv4 ke IPv6 dapat menambah alokasi alamat sebesar 2^128 atau 3.4.10^38 alamat. Kecepatan transfer data IPv6 sedikit lebih rendah dengan perbandingan rata-rata kecepatan 11 MBps berbanding 10.8807 MBps dibandingkan dengan IPv4 karena header yang dimiliki oleh IPv6 jauh lebih besar dibandingkan IPv4. Sistem operasi Linux memiliki transfer rate yang sangat stabil yaitu 11 MBps dalam jaringan lokal, yang memudahkan administrator jaringan mengatur lebar bandwidth dalam satu jaringan.Sistem Operasi Linux memiliki kecepatan yang paling optimal dalam pemasangan IPv6 dibandingkan dengan sistem operasi FreeBSD dan MS Windows 2000 server.