Perbedaan Power Delivery Charging Dan Quick Charge

Salah satu fitur yang cukup penting pada sebuah smartphone adalah kemampuan charging. Saat ponsel mengaktifkan semua konektifitas yang ada dan beragam aplikasi berjalan dilatar belakang, maka baterai lebih cepat terkuras. Sementara itu, aktifitas yang padat membuat seseorang hanya memiliki waktu yang singkat untuk dapat menggunakan charger. Disaat inilah ‘fast charging’ menjadi penting. Namun ternyata teknologi charging kini beragam.

Bila Anda ikut mengamati, ada beberapa istilah dalam pengisian cepat yang sudah disematkan pada smartphone seperti Power Delivery Charging dan Quick Charge. Apa perbedaan dan cara kerja dari teknologi pengisian cepat tersebut? Berikut sedikit penjelasannya.

Quick Charge Qualcomm
Perangkat yang mendukung fitur Quick Charge sebenarnya terbatas hanya pada smartphone atau perangkat yang menggunakan prosesor Qualcomm Snapdragon. Qualcomm Quick Charge 1 (QC1) dikembangkan pada 2013 sampai 2014. Kemampuan ini terus ditingkatkan dengan munculnya Quick Charger 2.0. Dengan Quick Charger 2.0, baterai akan terisi sampai 50% dalam waktu 30 menit. Karena Quick Charger menggunakan voltase berbeda. Bila pada charger biasa menggunakan 5V, sedangkan Quick Charger 2.0 memiliki output voltase lebih tinggi yaitu 5, 9, 12V, atau 20V dengan arus 2 Ampere. Pengisian baterai akan otomatis diatur oleh charger.

Pada prosesor Snapdragon 600, perangkat hanya dapat menerima voltase 5V dengan maksimum 2A yang artinya masih mengunakan teknologi charger biasa. Namun prosesor Snapdragon 200, 400, 410, 615, 800, 801, 805, 810 dapat menerima voltase 5V, 9V dan 12V dengan maksimum 3A. Sedangkan pada Quick Charger 3.0, teknologi pengisian baterai 38% lebih efisien dari QC2.0 dan 4x lebih cepat dari QC1.0. Qualcomm kabarnya menggunakan alogaritma Intelligent Negotiation for Optimum Voltage (INOV).

Dengan fitur tersebut, perangkat dapat menentukan berapa banyak kekuatan perangkat dalam satu waktu pengisian. Sehingga tranfer daya dan penurunan power lebih optimal. Voltase dapat mengisi antara 3,6V sampai 20V. Untuk perangkat yang belum mendukung QC3.0 tidak masalah, dan kompatibel dengan perangkat generasi sebelumnya seperti QC1 dan QC2.

Power Delivery Charging
Berbeda dengan Quick Charge yang mengandalkan prosesor Qualcomm, Power Delivery Charging (PDC) adalah teknologi pengisian daya yang menggunakan konektor dan kabel USB Type C. Tujuannya agar dapat mengirimkan daya yang lebih tinggi. Awal penggunaannya, PDC bisa mencapai daya hingga 100W ke perangkat smartphone, laptop, TV, kamera, SSD, dan perangkat lainnya.

Maksudnya begini. Bila Anda menggunakan PDC, selain Anda dapat melakukan fast charging, Anda juga diuntungkan dengan daya yang lebih besar untuk perangat yang lebih besar. Dengan PDC, Anda tidak hanya dapat melakukan charging untuk smartphone tetapi juga untuk laptop/notebook. Mengapa demikian? Sebab PDC mampu melakukan optimalisasi manajemen daya dimana setiap perangkat hanya akan menarik daya yang dibutuhkan.

Selain itu, dengan PDC arah daya tidak lagi tetap. Anda dapat menggunakan PDC (contohnya powerbank portable) untuk mengisi daya laptop Anda dan juga mengisi ponsel dari laptop Anda atau mengisi baterai perangkat Bluetooth dari ponsel Anda.

Perbedaan Lainnya Antara PDC dan Quick Charge
Perbedaan yang utama dari PDC dan Quick Charge adalah ongkos atau biaya lisensi. Smartphone yang menggunakan Quick Charge harus membayar lisensi pada Qualcomm sebagai pemilik teknologi tersebut. Sedangkan untuk menyematkan teknologi PDC, pabrikan tidak perlu membayar sesenpun.

Perbedaan lainnya adalah dukungan chipset. Perangkat yang mendukung Quick Charge terbatas pada smartphone yang menggunakan prosesor Qualcomm Snadpdragon, sedangkan PDC tidak. Namun, PDC hanya dapat difungsikan pada perangkat yang menggunakan USB Type C sedangkan Quick Charge tidak dibatasi oleh konektor yang disematkan.

Dikutip dari berbagai sumber
Aldrin Symu