Review Infinix Zero X Pro Ini Kelebihan Dan Kekurangannya

Ketika smartphone kelas entri sudah membawa spesifikasi yang lumayan, kini lebih banyak seri kelas menengah atau “premium mid-range” mengusung fitur-fitur yang pada umumnya dibawa oleh seri flagship. Yang terbaru kali ini adalah Infinix Zero X Pro, juara terbaru dari lini paling premium Infinix. Tawarkan sensor 108MP dan periskop sekaligus dalam banderol harga kurang dari Rp5 juta.

Setelah lama fokus pada segmen perangkat terjangkau, Infinix mencoba untuk kembali bermain di segmen yang lebih tinggi, meneruskan seri Zero hingga kini hadirkan Infinix Zero X Pro. Jualan utamanya? Setup kamera setara flagship, tak hanya besar dalam resolusi, namun juga kemampuan pengambilan gambar dari jarak jauh—bahkan hingga 60x, sampai bisa memotret bulan. Kurang keren gimana coba?

Desainnya juga tergolong stylish, fitur di atas kertas pun lumayan mentereng terutama bagian layar dan teknologi pengecasan. Namun sayangnya, setelah beberapa hari menjajal penawaran terbaru Infinix satu ini, saya merasa masih ada banyak bagian yang perlu disempurnakan. Hal-hal kecil yang ketika menjadi banyak, bakal membuat penggunaan kurang nyaman. Apakah juga bakal mengganggu bagi Gizmo friends? Berikut ulasannya.

Desain

Wajar kalau Infinix Zero X Pro bisa disebut sebagai smartphone Infinix yang punya looks paling premium, mengingat seri-seri lainnya hadir dengan banderol harga jauh lebih murah. Sudah setara dengan vendor mainstream lainnya, hadir dalam dua opsi permukaan bodi belakang yang berbeda. Selain warna Nebula Black yang saya ulas, juga ada Tuscany Brown yang gunakan material kulit vegan.

Infinix Zero X Pro tampil gunakan material kaca depan belakang—bagian sampingnya memang masih terasa seperti plastik, namun bukan menjadi masalah. Setidaknya meski dimensinya tergolong besar, bobotnya cukup terjaga di 193 gram. Sementara ketebalannya hanya 7,8mm—kecuali modul kameranya yang bisa sampai 11mm.

Kalau kamu khawatir akan munculnya baret, soft case yang diberikan dalam paket penjualan mampu melindunginya dengan efektif. Bahannya juga bagus, berwarna hitam dan memiliki aksen “NOW”, dan bukan soft case bening sehingga bebas menguning. Kudos untuk Infinix pada bagian ini. Sudutnya juga sudah gunakan desain flat edge, sehingga tampak modern.

Meskipun punya panel kaca mengkilap, opsi Nebula Black milik Infinix Zero X Pro surprisingly tidak mudah terlihat kotor, atau setidaknya tipis saja, juga tidak membuatnya licin meski telapak tangan saya mudah berkeringat. Kamu tidak akan menemukan sensor sidik jari di belakang maupun samping, karena sudah terintegrasi di layer alias pakai teknologi in-display. Harap bersabar saat menggunakannya, karena selain tidak instan, akurasinya juga bukan yang terbaik.

Layar

Dari desain, Infinix Zero X Pro juga unggul dalam hal tampilan layar. Selain memiliki dimensi luas mencapai 6,67 inci, panel yang digunakan juga sudah AMOLED, sehingga memiliki tingkat kontras tinggi, saturasi warna yang baik plus warna hitam pekat. Beresolusi full HD+ dengan kecerahan maksimum 700 nits—sekadar ‘oke’ saja untuk penggunaan luar ruangan.

Yang spesial adalah dukungan refresh rate yang mencapai 120Hz, membuat konten yang ditampilkan bisa bergerak sangat halus saat digulirkan. Untuk itu, Infinix Zero X Pro punya cip display khusus, mengingat chipset-nya sejatinya hanya mendukung refresh rate 90Hz. Maka dari itu, disebutkan penggunaan “Dual Chip”.

Adakah kekurangan pada bagian layar? Saya sedikit bingung kenapa Infinix memberikan aksen warna silver yang melingkari kamera punch-holenya. Karena jadi nggak bisa seamless gelap aja, ketika layar sedang mati. Nah, terkait ini, Infinix Zero X Pro memang punya fitur always-on display tapi nggak bisa selalu menyala (bingung nggak, tuh, always tapi temporary).

Untuk menyalakan tampilan jam dan notifikasi, diinstruksikan untuk mengetuk layar yang membutuhkan waktu hampir dua detik. Lalu untuk membuka kunci layar, selain lewat in-display fingerprint sensor, juga ada opsi menggunakan face unlock. Deteksi wajah cepat, tapi setelah berhasil, layar Infinix Zero X Pro malah kembali mati seperti terkunci dan saya harus menekan tombol power kembali.

Kamera

Oke, dengan beberapa kekurangan yang saya alami sebelumnya, saya berekpektasi kalau mungkin Infinix benar-benar fokus untuk kembangkan sektor kameranya. Secara hardware, setup-nya tergolong kelas flagship dan benar-benar efektif. Sensor utamanya beresolusi 108MP, ditemani dengan telefoto 8MP berjenis periskop yang bisa berikan 5x optical (& 60x digital) zoom. Keduanya mendukung PDAF dan OIS.

Sensor ketiganya juga beresolusi 8MP, berfungsi sebagai kamera ultra wide-angle sekaligus makro karena mendukung autofokus. Sudah keren, bukan? Lantas bagaimana dengan hasil kameranya? Tentu, dalam kondisi cahaya berlimpah, hasilnya tentu sudah bagus meski dynamic range masih kalah dengan beberapa smartphone lain dalam rentang harga sama.

Namun ketika pencahayaan mulai menurun, beberapa kelemahan mulai bermunculan seperti warna yang tidak akurat dan kontras terlalu tinggi. Beberapa foto yang saya ambil tak jarang terlihat under-exposed. By the way, ini adalah testimoni dari sensor utama. Pasalnya, mode malam hanya bisa diaplikasikan ke sensor utama saja—padahal sensor ultra-wide dan periskop sangat bisa memanfaatkan mode tersebut untuk menambahkan detail dan kecerahan pada foto.

Bagaimana dengan fitur gimmick yang ditawarkan pada kameranya? Mode Super Moon bekerja sebagaimana mestinya, gunakan kemampuan sensor periskop plus olah digital untuk hasilkan foto bulan dengan tekstur yang jelas. Beberapa foto yang saya hasilkan di bawah pun saya tangkap hanya dengan satu tangan.

Untuk kamera depannya.. halus pada bagian wajah, meski dalam kondisi cahaya berlimpah sekalipun. Warna kulit juga cenderung sedikit purplish. Untungnya, mode malam masih tersedia untuk kamera depan—meski Infinix Zero X Pro juga sematkan dua lampu LED di atas layar untuk opsi pencahayaan tambahan.

Hasil foto lengkap dari kamera Infinix Zero X Pro bisa kamu akses pada album berikut ini ya.

Menggunakan sensor ultra wide-angle, siang hari, menatap matahari langsungSensor utama, outdoor sore hariMenggunakan sensor periskop, 5x zoom60x digital zoomFoto indoor, cahaya cukup, nasi pada foto terlihat under-exposedUltra wide-angle, outdoor malam hariPeriskop 5x zoom, outdoor malam hariSensor utama, tanpa mode malamDengan mode malamMenggunakan mode Super Moon, 60x zoom tanpa tripodMenggunakan mode potretMenggunakan kamera depan, indoor siang hariKamera depan, outdoor malam hari, tanpa mode malamDengan mode malamKeempat sensor (termasuk kamera depan) bisa merekam video hingga 1080p30fps plus mode stabilisasi tambahan, dan hanya sensor utama yang punya opsi perekaman hingga 4K 30fps atau 1080p 60fps (tanpa EIS, alias hanya manfaatkan OIS saja). Ketika hanya memanfaatkan OIS, hasil video tergolong sedikit kurang stabil. Sementara ketika ultra steady diaktifkan, efek getar bakal terlihat saat kondisi pencahayaan kurang.

Saat merekam video, kita tidak bisa berpindah antar sensor kamera—saya sendiri menduga karena batasan chipset. Hanya saja yang menurut saya cukup parah, tidak ada zoom slider saat perekaman video berlangsung. Satu-satunya cara adalah dengan melakukan pinch-to-zoom, merepotkan karena harus gunakan dua jari.

Untuk sebuah smartphone yang berfokus pada sektor kamera, seharusnya Infinix tidak melewati hal-hal kecil seperti yang sudah saya sebutkan di atas. Semoga ke depannya bisa diperbarui dan atau ditambahkan melalui pembaruan software, ya.

Fitur

Menjalankan XOS 7.6 berbasis Android 11, fitur yang dibawa tergolong berlimpah, sama seperti yang juga dibawa ke kelas entri. Mulai dari Kids Mode, Social Turbo yang bisa ubah suara dalam panggilan maupun perekaman suara panggilan WhatsApp, Game Mode sampai kloning aplikasi. Yang kurang hanyalah jumlah notifikasi aplikasi bawaan yang sangat banyak, harus di-disable satu-satu.

Ada beberapa hal kecil pada tampilan menu yang bikin kurang nyaman; tak ada opsi agar aplikasi baru tidak muncul sebagai pintasan di homescreen, tidak bisa scroll dari atas ke bawah untuk kembali ke depan, dan saya harus menahan ikon pada menu lalu pilih “send to desktop” alih-alih tahan dan geser langsung ke depan. Sisanya oke-oke saja, speaker mono di bawah tergolong kencang dan berkualitas. Pun masih memiliki jack audio 3,5mm.

Mode penggunaan satu tangan hadir untuk perkecil tampilan layar secara virtual, agar bisa meraih bagian paling atas. Yang paling disayangkan sih absennya sensor NFC, di mana kini saudara satu induknya saja sudah memiliki fitur tersebut di banderol harga sepertiganya. Absennya NFC dan dukungan jaringan 5G terasa seperti pengorbanan yang cukup banyak, mengingat harga perangkatnya pun tidak murah.

Performa

Bukan yang terbaik? Memang, namun surprisingly ketika menggunakan Infinix Zero X Pro sebagai daily driver, saya tidak menemukan banyak kasus di mana smartphone terasa lag atau melambat. Walau tergolong lawas, cip MediaTek Helio G95 masih oke untuk penggunaan masa kini, bahkan suhunya pun juga masih terjaga berkat sistem pendingin khusus dari Infinix.

Tanpa ada opsi virtual RAM untuk perluas kapasitas bawaan 8GB juga tidak membuat proses multitasking jadi kurang nyaman, alias lancar saja. Gaming kasual seperti Pokemon UNITE maupun MLBB masih bisa dilibas dengan lancar pula, dan bakal terasa nyaman berkat desain tipis dan dimensi layar yang besar, plus penggunaan panel AMOLED.

Baterai
Dengan kombinasi layar besar, refresh rate tinggi, plus chipset yang masih gunakan fabrikasi 12nm, saya bakal mengira kalau smartphone ini bakal terasa pas-pasan untuk penggunaan seharian penuh. Nyatanya, saya masih bisa menyisakan persentase baterai sekian belas persen, walaupun sudah ambil banyak foto sampai mengaktifkan mobile hotspot.

Kapasitas baterai 4,500 mAh pada Infinix Zero X Pro setidaknya bisa berikan SOT sampai 4 – 5 jam. Sementara untuk pengisian dayanya, bisa terselesaikan dalam waktu kurang lebih 60 menit saja. Berkat dukungan fast charging 45W lewat adapter charger bawaannya. Saat saya isi menggunakan GaN charger, pengisian dayanya pun masih tergolong cepat.

Kesimpulan

Kalau Infinix mau, sebenarnya hal-hal kecil mengganggu yang saya sebutkan di atas, bisa saja diperbaiki lewat pembaruan perangkat lunak. Karena rasanya secara hardware sudah mumpuni—baik chipset, sensor kamera yang dimiliki, sampai tampilan layarnya yang sudah sangat oke di kelasnya. Tapi tentu konsumen tak bisa mendapatkan kepastian akan hal ini sejak awal, bukan?

Infinix Zero X Pro janjikan value yang tinggi, terutama pada bagian kamera, membuat mereka yang punya hobi fotografi tertarik untuk memilikinya. Namun setelah dicoba lebih jauh, hal seperti absennya mode malam di kedua sensor lain justru saya temukan. Padahal secara teori, sensor ultra-wide seharusnya tidak membutuhkan banyak daya, atau usaha keras dari prosesor dan ISP.

Sulit untuk tidak membandingkan Infinix Zero X Pro dengan smartphone lain di kelasnya yang juga masih bisa berikan kualitas kamera bagus, tanpa haru mengorbankan NFC dan mendukung jaringan 5G. Namun bila Gizmo friends mencari smartphone yang tidak mainstream, plus punya sensor periskop dengan kemampuan zoom jauh, silakan saja membeli penawaran premium dari Infinix satu ini.

Spesifikasi Infinix Zero X Pro
Klik pada gambar untuk spesifikasi lebih lanjut. General
Device TypeSmartphoneModel / SeriesInfinix Zero X ProReleased05 Oktober, 2021StatusAvailablePriceRp4.549.000 (pre-sale price), Rp4.899.000 (SRP)Platform
ChipsetMediatek Helio G95 (12 nm)CPUOcta-core (2×2.05 GHz Cortex-A76 & 6×2.0 GHz Cortex-A55)GPUMali-G76 MC4RAM (Memory)8GBStorage128GB UFS 2.2External StorageUp to 512GB (dedicated slot)Operating SystemAndroid 11User InterfaceXOS 7.6Design
Dimensions164.1 x 75.7 x 7.8 mmWeight193 gramDesign FeaturesGlass front, glass back, plastic frame
Color: Nebula Black, Starry Silver, Tuscany Brown
BatteryLi-Po 4500 mAh, non-removable
Fast charging 45 watt
Display
Screen TypeAMOLED LCD, 120HzSize and Resolution6.67 inches 1080 x 2400 pixels (~395ppi density)Touch ScreenCapacitive touchscreenFeatures700 nits peak brightness
180Hz touch sampling rate
Network
Network FrequencyGSM:850/900/1800/1900
3G: WCDMA:850/900/2100
4G: FDD:B1/B3/B5/B7/B8/B20
TDD:B38/B40

SIMDual SIM (Nano-SIM, dual stand-by)Data SpeedHSPA 42.2/5.76 Mbps, LTE Cat4 150/50 MbpsCamera
Multi CameraYes (Rear)Rear108 MP, f/1.8, (wide), 1/1.52″, PDAF, OIS; 8 MP, f/3.4, 125mm (periscope telephoto), PDAF, 5x optical zoom, OIS; 8 MP, f/2.3, 13mm, 120˚ (ultrawide), 1/4.0″, 1.12µm, AFFront16 MP (wide)FlashQuad-LED flashVideoYes [email protected], 1080p 60fpsCamera FeaturesDual front LED flash
AI scene detection
Super Night mode
Super Moon mode

Connectivity
Wi-fiWi-Fi 802.11 a/b/g/n, dual-band, Wi-Fi Direct, hotspotBluetooth5.0, A2DP, LEUSBUSB C 2.0, USB On-The-GoGPSYes, with A-GPS;HDMINoNFCInfraredNoMultimedia FeaturesDTS audio processing and
music party mode
FM RadioYesWeb BrowserHTML5 (Android Browser)MessagingSMS (threaded view), MMS, Email, Push Mail, IMSensorsFingerprint (under-display, optical), accelerometer, gyro, proximity, compassOtherFace and Fingerprint unlock